Sunday, September 7, 2008

Pembelajaran dengan 3M

Pertanyaan mendasar yang dapat kita ajukan adalah bagaimanakah kondisi proses belajar mengajar di sekolah? Apakah sudah berkualitas ? Apakah parameter pembelajaran yang berkualitas ? Apakah guru sudah mengoptimalkan seluruh potensi yang ada?



Proses Belajar Mengajar di Sekolah
Kami pernah bertanya kepada siswa bagaimana pendapat mereka tentang proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah, mereka mengemukakan pendapat berikut :
”Membosankan, guru monoton ngajarnya. Ngajar cuma nulis-nulis di papan tulis aja, kita tidak mengerti apa yang guru ajarkan”.


”Gurunya tidak jelas neranginnya, monoton, boring”.
”Pelajarannya enak, gurunya ‘enak’, kita juga semangat”.
Ternyata sebagian besar merasakan kebosanan, tidak menarik atau menakutkan. Tidak berkaitan dengan dunia mereka, tidak banyak manfaatnya. Akibatnya siswa kurang bersemangat dalam belajar dan pencapaian kompetensi dan target pun tidak optimal. Lebih jauh lagi bisa berakibat siswa malas ke sekolah, stress dan jika terus berlanjut dapat jatuh sakit.
Jika kita bertanya kepada guru apa yang mereka inginkan tentang pembelajaran, maka pasti guru ingin :
Semua anak menyukai belajar. Anak-anak senang semua mata pelajaran. Tidak ada perbedaan mata pelajaran yang disenangi dan tidak disenangi. Baik kesenian, matematika, olahraga, sains, dan sebagainya semuanya disenangi siswa.
Anak mendapatkan manfaat penuh dari belajar. Apa yang dipelajari akan berguna dalam kehidupan siswa di masa kini maupun masa datang.
Anak bersemangat untuk terus belajar, tidak hanya di sekolah. Di rumah, di masyarakat anak terus belajar meskipun tidak diberi tugas atau PR.

Dari uraian di atas, terdapat kesenjangan antara harapan guru dan pandangan siswa. Bagaimana mengatasi itu semua ? Bagaimana caranya agar antara harapan dan kenyataan sesuai ?

Pembelajaran Berkualitas : Pembelajaran 3M
Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang pembelajaran berkualitas maka penulis ingin mengemukakan contoh sebagai analogi tentang pembelajaran berkualitas.

”Di rumah tangga, untuk penerangan ruangan atau kamar biasanya digunakan lampu listrik. Ada dua jenis lampu yaitu lampu tabung (tube lamp : TL) dan lampu pijar. Dari dua jenis lampu ini ternyata untuk besar daya yang sama, tingkat cahayanya berbeda. Lampu TL 15 Watt lebih terang daripada lampu pijar 15 Watt. Mengapa terjadi demikian? Hal ini karena efisiensi kedua lampu tersebut dalam mengubah energi menjadi cahaya yang berbeda. Lampu TL dapat mengubah sekitar 80 % energi menjadi cahaya. Lampu pijar hanya dapat mengubah sekitar 35 % energi menjadi cahaya. Oleh karena itu, wajar saja lampu TL jadi lebih terang karena lebih efisien. Akibatnya sebagian besar masyarakat menggunakan lampu TL meskipun harganya relatif lebih mahal, tetapi dalam jangka panjang lebih hemat pembiayaan”.

Apa hubungan cerita di atas dengan pembelajaran ?
Jika kita analogikan pembelajaran dengan lampu, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang berkualitas itu seperti lampu TL. Daya serap siswa besar karena efisiensi pemanfaatan sumber dayanya tinggi. Dengan energi yang sedikit dari guru, maka hasil yang diperoleh besar. Bagaimana agar itu dapat terwujud ? Kuncinya adalah pembelajaran berkualitas harus dapat dilakukan oleh guru.

Pembelajaran yang berkualitas harus memiliki ciri 3M yaitu :
Menyenangkan : siswa mengikuti pembelajaran dengan perasaan riang, gembira dan bahagia sehingga siswa terlibat penuh, antusias dan ceria.
Memuaskan : kebutuhan & rasa ingin tahu dari siswa terpenuhi sehingga mereka mau kembali belajar. Dari sisi guru, indikator pencapaian terpenuhi sehingga juga muncul kepuasan.
Membekas : apa yang diajarkan secara kognitif membekas di pikiran siswa sehingga tidak akan lupa. Selain itu secara afektif dan psikomotorik akan membentuk perilaku baru pada siswa menjadi lebih baik.

Agar guru dapat mengajar dengan 3M maka guru dalam setiap pembelajarannya harus :
Attraktif : menarik perhatian sehingga siswa mau, senang dan aktif belajar
Interaktif : dapat mengajar dengan kreatif dan efektif sehingga siswa menguasai ilmu yang dipelajari
Inspiratif : dapat menggugah dan memotivasi siswa untuk terus mencintai, mengembangkan dan menyebarkan ilmunya.

Sehingga dapat didefinisikan bahwa pembelajaran 3M sebagai pembelajaran berkualitas adalah :
”keadaan dan suasana kelas yang mampu mengundang anak untuk beraktivitas secara penuh dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, memuaskan serta membekas secara mendalam kepada anak dengan bimbingan guru yang atraktif, interaktif dan inspiratif”.

Manfaat yang dapat diperoleh yaitu :
Segala potensi siswa dapat berkembang secara utuh sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan hidupnya,
tumbuh rasa cinta dan semangat belajar, yang akan menjadikan dirinya menjadi pebelajar sepanjang hayat (life long learner).
Siswa terus mengembangkan diri sehingga dapat menjadi pengembang, pencipta dan penyebar ilmu

Dasar itu semua adalah kreativitas yaitu kemampuan menghasilkan ide dan gagasan baru atau ’berbeda’ untuk pembelajaran dengan memanfaatkan segala potensi yang ada. Kreativitas tidak selalu harus baru, tetapi bisa juga dari apa yang sudah ada dimodifikasi sehingga sedikit berbeda. Kreativitas tidak selalu harus mahal dan menggunakan teknologi canggih. Barang-barang bekas, murah dan sederhana juga dapat dimanfaatkan. Sebagaimana dikemukakan pada syair berikut (terinspirasi dari Lagu : Begadang oleh Rhoma Irama) :

Mengajar mari mengajar
Dengan cara yang kreatif
Gunakan apa saja yang ada
Yang penting bermanfaat

Tak perlu beli barang yang mahal
Kalau memang tak punya uang yang banyak
Cari saja barang bekas pakai
Jadi bahan ajar bila guru kreatif
Kalau begitu mengajar mudah
Siswanya senang gurunya tenang

No comments:

Post a Comment