Bahan Ajar

Mendengarkan Isi Wawancara




Lihatlah beragam berita yang disiarkan berita televisi setiap hari. Selain reportase, bahan berita bersumber dari wawancara. Wawancara memang kegiatan penting untuk mengetahui informasi.  Jika Anda perhatikan siaran radio dan televisi, biasanya ada tayangan khusus wawancara. Hal ini terutama terkait dengan peristiwa-peristiwa yang sedang aktual. Berdasarkan perilaku mendengarkan/menyimak, terdapat dua tipe perilaku dalam kegiatan mendengarkan/menyimak wawancara, yaitu sebagai berikut.

1. Menyimak Faktual
Menyimak faktual berarti menangkap serta memahami fakta-fakta, konsep-konsep, serta informasi yang disampaikan pembicara. Pada saat kita menyimak, kita mencoba menangkap ide-ide pokok, gagasan-gagasan penting sang pembicara atau narasumber. Kegiatan yang dilakukan saat menyimak faktual adalah:
a. memusatkan perhatian pada pesan-pesan orang lain;
b. berusaha mendapatkan fakta-fakta.

2. Menyimak Empatik
Menyimak empatik menolong kita untuk memahami sikap psikologis dan emosional sang pembicara/narasumber dan bagaimana sikap tersebut memengaruhi ujarannya. Menyimak empatik ini dapat juga disebut menyimak aktif atau menyimak pemahaman. Setiap pesan berisi dua bagian, yaitu isi atau materi faktual dan perasaan .
Pada dasarnya, wawancara merupakan percakapan antara dua orang. Seorang yang bertanya dan seorang yang menjawab. Proses wawancara tidak jauh berbeda dengan percakapan sehari-hari yang sering kita lakukan. Dengan demikian, dalam kegiatan wawancara, keduanya mengalami kegiatan mendengarkan dan berbicara. Kegiatan yang dilakukan saat menyimak empatik adalah:
a. memperhatikan isyarat-isyarat nonverbal (gerak-gerik anggota
tubuh);
b. menempatkan diri pada posisi orang lain;
c. memusatkan perhatian pada pesan, bukan pada penampilan.



MEMERANKAN DRAMA
Sebagai peraga cerita, aktor termasuk seniman unik. Kegiatan yang dapat dilakukan hanya melihat permainan teman atau lawan perannya. Itu pun tidak dapat dilakukan dengan bebas karena dia sendiri terlibat dalam permainan itu. Jadi, hasil karya seorang aktor adalah peragaan cerita. Dalam memperagakan cerita itu, pemain melakukan perbuatan aktif yang disebut akting. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hasil karya aktor adalah akting.
1. Latihan Dasar
Karya seni sang aktor diciptakan melalui tubuh, suara, dan jiwanya sendiri. Hasilnya berupa peragaan cerita yang ditampilkan di depan penonton. Oleh karena itu, seorang aktor yang baik adalah seorang seniman yang mampu memanfaatkan potensi dirinya. Potensi diri itu dapat diperinci menjadi: potensi tubuh, potensi dria, potensi akal, potensi hati, potensi imajinasi, potensi vokal, dan potensi jiwa. Kemampuan memanfaatkan potensi diri itu tentu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dengan giat berlatih. Pelatihan dasar berikut ini dapat dilakukan oleh calon aktor.
a. Potensi Tubuh
Tubuh harus bagus dan menarik. Arti bagus dan menarik di sini bukan wajah harus tampan atau cantik. Hal yang dimaksud adalah tubuh harus lentur, sanggup memainkan semua peran, dan mudah diarahkan. Latihan dasar untuk melenturkan tubuh, antara lain sebagai berikut.
(1) Latihan tari supaya aktor mengenal gerak berirama dan dapat mengatur waktu.
(2) Latihan samadi supaya aktor mengenal lebih dalam artinya diam; merenung secara insani.
(3) Latihan silat supaya aktor mengenal diri dan percaya diri.
(4) Latihan anggar untuk mengenal arti semangat.
(5) Latihan renang agar aktor mengenal pengaturan napas.
b. Potensi Dria
Dria adalah semua pancaindra: penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan pengecap. Semua perlu dilatih satu per satu supaya peka. Cara melatihnya, melalui dria ganda. Artinya, suatu pengindraan disertai pengindraan yang lain. Misalnya, melihat sambil mendengarkan.
c. Potensi Akal
Seorang aktor harus cerdik dan tangkas. Kecerdikan dan ketangkasan itu dapat dipunyai kalau ia terbiasa menggunakan akal, antara lain dengan kegiatan membaca dan berolahraga. Tentu saja olahraga yang dimaksud adalah olahraga yang berhubungan dengan pikiran seperti catur, halma, bridge, atau teka-teki silang.
d. Potensi Hati
Hati merupakan landasan perasaan. Perasaan manusia amat beragam dan silih berganti. Kadang-kadang senang dan tertawa, kadang-kadang sedih dan meratap. Semua berurusan dengan hati. Oleh karena itu, melatih hati sebenarnya melatih kepekaan perasaan. Jika perasaan seseorang peka, ia dapat merasakan apa yang datang dalam suasana batinnya dengan cepat dan dengan cepat pula ia dapat memberikan reaksi.
e. Potensi Imajinasi
Akting baru mungkin terjadi apabila dalam hati ada kehendak. Kehendak (niat) itu harus dilengkapi imajinasi (membayangkan sesuatu). Menyuburkan imajinasi dalam diri dapat dilakukan dengan sering mengapresiasi puisi dan mengapresiasi lukisan.
f. Potensi Vokal
Aktor mengucapkan kata-kata yang dirakit menjadi kalimatkalimat untuk mengutarakan perasaan dan pikirannya. Kata-kata diucapkan dengan mulut. Jadi, mulut menghasilkan suara. Suara dari mulut yang membunyikan kata-kata itu disebut vokal. Aktor harus mempunyai vokal kuat agar kata-kata yang diucapkan jelas. Latihan dasar untuk menguatkan vokal antara lain dengan deklamasi dan menyanyi.
g. Potensi Jiwa
Seorang aktor harus mampu memerankan tokoh dengan penjiwaan. Artinya, ia harus berusaha agar jiwanya melebur dalam tokoh yang diperankan. Penjiwaan ini dapat dibangkitkan lewat pengalaman dan pengamatan. Misalnya, seorang tokoh dapat memerankan tokoh sedih atau menangis tersedu-sedu dengan penuh penghayatan karena dia berpengalaman merasakan sedih atau pernah mengamati orang bersedih. Oleh karena itu, sebaiknya aktor banyak melakukan pengamatan masalah kehidupan untuk menambah pengalaman.

GAYA BAHASA (MAJAS)

1. ALEGORI
Adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan; dalam alegori unsur-unsur utama menyajikan sesuatu yang terselubung; mengandung sifat-sifat moral atau spiritual manusia. (lihat juga: fabel dan parabel)

2. ALITERASI
Adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan konsonan yang sama pada awal kata.
Dara damba daku
Datang dari danau
Duga dua duka
Diam di diriku

3. ANAFORA
Adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat.
Lupakah engkau bahwa merekalah yang membesarkan dan mengasuhmu? Lupakah engkau bahwa keluarga itulah yang menyekolahkanmu sampai ke perguruan tinggi? Lupakah engkau bahwa mereka pula yang mengawinkanmu dengan istrimu? Lupakah engkau akan segala budi baik mereka itu kepadamu?

4. ANTIKLIMAKS
Adalah gaya bahasa yang merupakan suatu acuan yang berisi gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting (kebalikan dari gaya bahasa klimaks)
Pembangunan besar-besaran dilaksanakan di kota kota, di desa-desa, dan di dusun-dusun terpenci.

5. ANTITESIS
Adalah gaya bahasa yang mengadalan perbandingan atau komparasi antara dua antonim (kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan)
Dia bergembira-ria atas kegagalanku dalam ujian itu.
Kecantikannyalah justru yang mencelakannya.

6. ASONANSI
Adalah gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama.
Muka muda mudah muram
Tiada siaga tiada biasa
Jaga raga tahan harga.

7. EPISTROFA
Adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan.
Kemarin adalah hari ini.
Besok adalah hari ini.
Hidup adalah hari ini.
Segala sesuatu buat hari ini.

8. EUFIMISME
Adalah gaya bahasa yang berupa ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan, atau yang tidak menyenangkan.
Ibunya telah berpulang ke rahmatullah minggu yang lalu. (= meninggal; mati)

9. FABEL
Adalah sejenis alegori yang di dalamnya binatang-binatang berbicara dan bertingkah laku seperti manusia.
Kancil dengan buaya
Kancil dengan kura-kura
Kancil dengan ular

10. HIPERBOLA
Adalah gaya bahasa yang berupa ungkapan melebih-lebihkan apa yang sebenarya dimaksudkan: jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya.
Kurus kering tiada daya kekurangan pangan; sebagai pengganti kelaparan.
Tabungannya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo, rumahnya berpuluh-puluh, sawahnya berhektar-hektar; sebagai pengganti dia orang kaya.

11. IRONI
Adalah gaya bahasa menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolok-olok.
Aduh bersih benar kelas ini, sobekan kertas dan bungkus makanan bertebaran di lantai.
Saya percaya benar kepadamu, tak pernah kau tepati janjimu.

12. KIASMUS
Adalah gaya bahasa yang berisi perulangan sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat.
Mengapa kamu menyalahkan yang benar, tetapi membenarkan yang salah?
Yang kaya merasa miskin, tetapi yang miskin merasa kaya, aneh bukan?

13. KLIMAKS
Adalah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan.
Setiap guru berdiri di muka kelas haruslah mengetahui, memahami, menguasai, serta menghayati bahan pelajaran yang diajarkannya.

14. KOREKSIO
Adalah gaya bahasa yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah.
Neng Eva disunting oleh orang Madura, eh bukan, orang Menado.

15. LITOTES
Adalah gaya bahasa yang berupa pernyataan mengenai sesuatu dengan cara menyangkal atau mengingkari kebalikannya.
Ellyas Pikal bukanlah petinju yang bisa dianggap enteng.
H.B. Jasin bukanlah kritikus murahan.

16. METAFORA
Adalah gaya bahasa perbandingan yang implisit – tanpa kata seperti atau sebagai—di antara dua hal yang berbeda.
Dia jinak-jinak merpati.
Pendidikan sokoguru pembangunan.

17. METONIMIA
Adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal sebagai penggantinya.
Para siswa senang sekali membaca S. T. Alisyahbana.
Berapa sih harga Lancer sekarang ini?

18. OKSIMORON
Adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama.
Olah raga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat berbahaya.
Untuk mencinta ada kalanya kita harus membenci.

19. PARADOKS
Adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
Aku kesepian ditengah-tengan keramaian.
Teman karib ada kalanya merupakan musuh sejati.

20. PERSONIFIKASI
Adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Gaya bahasa ini disebut juga PENGINSANAN.
Aku duduk di taman ditemani kursi yang membisu.
21. PERUMPAMAAN
Adalah gaya bahasa yang berupa perbandingan dua hal yang pada hakekatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama.
Seperti air dengan minyak.
Ibarat mengejar bayangan.
Bak cacing kepanasan.

22. PLEONASME
Adalah gaya bahasa yang berupa pemakaian kata yang mubazir atau berlebih-lebihan, yang sebenarya tidak perlu.
Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri.
Dia menyaksikan pembunuhan itu dengan mata kepalanya sendiri.

23. SARKASME
Adalah gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas yang menyakiti hati.
Mulutmu harimaumu.
Meminang anak gadis orang memang mudah dan menyenangkan, tetapi memeliharanya setengah mati!

24. SINEKDOKE
A. SINEKDOKE PARS PROTOTO
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian pengganti nama keseluruhan.
Paman saya mempunyai dua atap di Jakarta.

B. SINEKDOKE TOTEM PROPARTE
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama keseluruhan. pengganti nama bagian.
Tadi malam berlangsung pertandingan antara Inggris dan Italia.

25. SINISME
Adalah gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Sinisme adalah ironi yang lebih kasar sifatnya.
Memang Andalah tokohnya yang sanggup menghancurkan desa ini dalam sekejap mata.

26. TAUTOLOGI
Adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan kata yang berlebihan yang pada dasarnya merupakan perulangan dari kata yang lain.
Kami tiba di rumah jam 04.00 subuh.
Orang yang meninggal itu menutup mata buat selama-lamanya.


LATIHAN GAYA BAHASA (MAJAS)

A. 1. Jelaskan makna majas hiperbola pada kalimat-kalimat berikut ini!
a. Dalam beberapa hari ini saya merasa tiada karuan makan tak enak tidur tak nyenyak.
(………………………………………………………………………………………………………)
b. Tak usah kalian meminta sumbangan kepada orang itu karena dia tidak mau tahu pada orang lain, Jangankan memberi bantuan kepada orang lain, pada keluarganya sendiri pun dia harus berpikir tujuh keliling untuk mengeluarkan uang, sekalipun buat keperluan penting.
(………………………………………………………………………………………………………)
c. Jangan kamu coba-coba berdebat dengan ayahnya, dia mengetahui segala hal dari yang kecil sampai yang besar, mempunyai wawasan yang luas, serta pengalaman yang tiada bandingannya mengenai masalah ini.
(………………………………………………………………………………………………………)

2. Jelaskanlah arti majas litotes pada kalimat kalimat berikut ini!
a. Jakarta sama sekali bukanlah kota yang kecil dan sepi.
(………………………………………………………………………………………………………)
b. Waktu mereka berdarmawisata ke Bandung, sempat juga mereka mengunjungi gubuk kami yang kecil dan tua di dekat Lapangan Golf Dago.
(………………………………………………………………………………………………………)
c. Hasil wiraswasta anak muda itu sama sekali tidak mengecewakan.
(………………………………………………………………………………………………………)

3. Selesaikanlah kalimat-kalimat berikut ini sehingga masing-masing merupakan majas ironi yang utuh
a. ………………………………………. sampah-sampah berserakan dipekarangan.
b. ………………………………………. semua anak di tempat ini benci kepadamu.
c. ………………………………………. Pak Guru sering sekali memperingatkanmu supaya jangan terlambat masuk sekolah.
d Istrimu ramah benar ………………………………………………………
e. Nasib mereka memang mujur ………………………………………………………

4. Susunlah majas paradoks berdasarkan kata-kata kunci yang tertera pada setiap nomor berikut ini!
a. pintar — bodoh
(………………………………………………………………………………………………………)
b cinta — benci
(………………………………………………………………………………………………………)
c. menderita — bahagia
(………………………………………………………………………………………………………)

d besar — kecil
(………………………………………………………………………………………………………)
e. kepanasan — kedinginan
(………………………………………………………………………………………………………)

5. Selesaikanlah kalimat-kalimat berikut sehingga menjadi kalimat bermajas sinisme yang utuh!



a. …………………………………….. yang dapat mengeringkan lautandalam sekejap mata.
b. …………………………………….. yang mampu menghancurkan sertamenumpas umat manusia dengan sebuah bom nuklir.
c. …………………………………….. yang dapat mengelabui mata rakyat yang berjiwa ini.
d. …………………………………….. yang sanggup memperistri segala gadis di muka bumi ini.

6. Selesajkan kalimat-kalimat berikut ini sehingga sehingga menjadi kalimat bermajas antitesis yang utuh!
a. Dalam keberhasilan panen ……………………………………………………………………
b. Kebodohannya justru ……….……………………………….…………………………………
c. Kebaikan hati mereka …..………………………………………………………………………
d. Kasih sayang orang tua………...………………………………………………………………

7. Selesaikanlah kalimat-kalimat berikut sehingga menjadi kalimat bermajas pleonasme yang utuh!
a. Ditolaknya lamaranku ……….…………………………………………………………………
b. Saya menerima bingkisan itu …………………………………………………………………
c. Seluruh tubuhnya dilumuri……………………………………………………………………

8. Selesaikanlah kalimat-kalimat berikut sehingga menjadi kalimat bermajas tautologi yang utuh!
a. Sang Ibu mencintai anak ………………………………………………………
b. Masyarakat menyaksikan gerhana ………………………………………………………
c. Saya menyampaikan amanat ………………………………………………………

9. Selesaikanlah kalimat-kalimat berikut sehingga menjadi kalimat bermajas koreksio yang utuh!
a. ……………………………pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta.
b. ……………………………karena Khairil Anwar salah seorang pelopor Angkatan 45.
c. Bahasa Indonesia adalah ..……………………………………………………………………
d. Hari Kebangkitan Nasional……………………………………………………………………

10. Isilah titik-titik di bawah ini dengan pilihan di bagian kanan sehingga menciptakan perumpamaan!
a. semangatnya seperti …………………... kilat
b. mentalnya seperti …………………... pedang
c. larisnya seperti …………………... api yang berkobar
d. kata-katanya bagai …………………... kacang
e. larinya seperti …………………... tempe

11. Jelaskan makna metafora yang dicetak miring pada kalimat kalimat berikut ini!
a. Pendidikan jelas memelekkan mata hati ke arah kemajuan.
(………………………………………………………………………………………………………)
b. Kata-katanya mendinginkan kepala.
(………………………………………………………………………………………………………)
c. Rakyat adalah tiang negara.
(………………………………………………………………………………………………………)
d. Pemuda adalah bunga bangsa.
(………………………………………………………………………………………………………)
e. Saya adalah tumpuan harapan keluarga saya.
(………………………………………………………………………………………………………)

12. Sempurnakanlah kalimat-kalimat berikut ini dengan gaya bahasa personifikasi yang serasi!
a. sawah dan ladang
(………………………………………………………………………………………………………)
b. dangau tua
(………………………………………………………………………………………………………)
c. pohon nyiur
(………………………………………………………………………………………………………)
d. air terjun
(………………………………………………………………………………………………………)
e. hutan lindung
(………………………………………………………………………………………………………)

13. Susunlah majas metonimia berdasarkan kata kunci berikut ini!
a. Garuda
(………………………………………………………………………………………………………)
b. Kartini
(………………………………………………………………………………………………………)
c. emas, perak
(………………………………………………………………………………………………………)

14. Selesaikan kalimat ini sehingga menjadi kalimat bermajas metonimia yang utuh!
a. Dia menyuburkan tanahnya dengan ……………………………………………………….
b. Ayahnya senang sekali menanam …………………………………………………………..
c. Siapa yang memperoleh ……………………………………………………………………….

15. Sempurnakan kalimat-kalimat berikut ini sehingga menjadi kalimat bermajas sinekdok yang utuh!
a. Kewajiban kita semualah ……………………………………………………………………...
b. Kami belum pemah ……………………………………………………………………………..
c. Dan sini terlihat jelas ……………………………………………………………………….….

16. Sebutkan eufimisme bagi setiap kata atau ungkapan berilut ini; jika perlu pakailah dalam kalimat sehingga bertambah jelas maknanya!
a. gelandangan …………………….. f. kencing ……………………..
b. bini …………………….. g. laki ……………………..
c. penganggur …………………….. h.dipecat ……………………..
d. mati …………………….. i. orang tahanan ……………………..
e. cewek …………………….. j. beranak ……………………..

17. Susunlah gaya bahasa aliterasi berdasarkan kata-kata kunci berikut ini!
a. bintang ……………………………………………………………………………………..
b. cari …………………………………………………………………………………………..
c. gerak ………………………………………………………………………………………..
d. nanti ……………….………………………………………………………………………..
e. kota …..……………………………………………………………………………………..

18. Selesaikanlah pantun berikut ini sehingga menjadi gaya bahasa asonansi yang utuh!
a. Pisang mas bawa berlayar
masak sebiji di atas peti
………………………………………….
………………………………………….

b. Anak beruk di tepi pantai
masuk ke gudang memakan padi
………………………………………….
………………………………………….

c. Merpati terbang ke jalan
ikan belanak makan karang
………………………………………….
………………………………………….

19. Susunlah gaya bahasa kiasmus berdasarkan kata-kata kunci berikut ini!
a. gemuk, kurus …………………………………………………………………………………..
b. lambat, cepat .…………………………………………………………………………………..
c. besar, kecil .……………………………………………………………………………………..
d. pria, wanita ……………………………………………………………………………………..
e. cewek, cowok .…………………………………………………………………………………..

20. Susunlah gaya bahasa anafora berdasarkan kata-kata kunci berikut ini!
a. banyak membaca …………………………..……………………………………………………
b. taat menjalankan perintah Tuhan ………..…………………………………………………
c. menjauhi larangan Tuhan …………………..…………………………………………………
d. mengasihi sesama manusia ………………..…………………………………………………
e. menghormati orang tua ……………..…………………………………………………………

B. Termasuk jenis majas apakah kalimat-kalimat di bawah ini?
1. Gadis itu menjadi buah bibir orang sekampung. (……………………………….….)

2. Angin pagi mengelus tubuh kami dengan mesranya. (……………………………….….)



3. Sang Merah Putih berkibar dengan gagah di seluruh (……………………………….….)
Nusantata.

4. Dia bergembira ria atas kegagalanku dalam ujian itu. (……………………………….….)



5. Wajahnya tampan sekali, pokoknya tiada cacat (……………………………….….)
sedikit pun.

6. Kedududukan Indonesia dalam ASEAN tidak bisa (……………………………….….)
dianggap sepi oleh negara-negara lain.

7. Laporan yang kamu sampaikan ini laporan tahun (……………………………….….)
yang lalu, bukan?

8. Bahan-bahan nuklir dapat dipakai buat (……………………………….….)
kesejahteraan umat manusia, tetapi dapat juga
memusnahkannya.

9. Pamanku cukup dengan Honda Astrea ke kantornya. (……………………………….….)



10. Di kota kami banyak sekali orang yang (……………………………….….)
menjadi tunakarya gara-gara krisis ekonomi.



PARTIKEL DAN UNSUR GABUNGAN

(1) Tak satu pun perahu yang digerakkan tenaga mesin.
(2) Meskipun terkesan berebutan penumpang, tidak pemah ada perselisihan di antara para pendayung.

Bentuk pun pada kalimat (1) ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, sedangkan pun pada kali-mat (2), yaitu meskipun ditulis serangkai karena lazim dianggap padu.
Bentuk pun seperti itu disebut partikel, yaitu bentuk (kata) yang tidak dapat diubah atau diberi imbuhan, yang mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal.

(3) Memeras para pensiunan adalah tindakan amoral.
(4) Prakarsa dan dinamika masyarakat itu sangat diharapkan.
(5) Kota Wonosobo telah dua kali meraih adipura kencana.
(6) Perahu tradisional itu merupakan alat angkut antarpulau yang cukup potensial.
(7) Para siswa sedang melaksanakan tugas ekstrakurikuler.
(8) Tank merupakan kendaraan perang antipeluru.
(9) Kegiatan-kegiatan nonformal sangat membantu dalam meningkatkan keterampilan anak.
(10) Drama dibuka dengan prolog yang diucapkan oleh narator.
(11) Pada saat pascapanen harga padi biasanya turun.
(12) Taufik Hidayat berhasil menjadi semifinalis dalarn kejuaraan bulu tangkis Indonesia terbuka.
(13) Ia menjadi anggota pengurus suatu suborganisasi pemuda.
(14) Pertemuan itu diadakan di gedung serbaguna.
(15) Mesjid yang megah itu dibangun atas swadaya masyarakal setempat.
(16) Transmigrasi merupakan salah satu sarana penunjang pembangunan pedesaan.
(17) Di kota itu ada sekolah untuk kaum tunarungu.
(18) Intonasi merupakan alat suprasegmental dalam bahasa.

Pada kalimat-kalimat (3) sampai dengan kalimat (18) terdapat. unsur gabungan atau prefiks (awalan) baru yang berupa unsur serapan a-, pra-, adi-, antar-, ekstra-, anti-, non-, pro-, pasca-, semi-, sub-, serba-, swa-, trans-, tuna-, dan supra-.
Unsur-unsur gabungan itu merupakan bentuk terikat, yaitu hanya dipakai dalam kombinasi dan hanya bermakna grarnatikal. Gabungan kata itu ditulis serangkai.
Perhatikan bagan berikut!

Gabungan Kata Unsur Gabungan Makna

amoral
prakarsa
adipura
antarpulau
ekstrakurikuler
antipeluru
nonformal
prolog
pascapanen
semifinalis
suborganisasi
serbaguna
swadaya
transmigrasi
tunarungu
suprasegmental

a-
pra-
adi-
antar-
ekstra-
anti-
non-
pro-
pasca-
semi-
sub-
serba-
swa-
trans-
tuna-
supra-
tidak
sebelum
unggul, besar
dalam lingkungan
di luar
menentang
tidak
di depan, sebelum
setelah
setengah, sebagian
bawah, di bawah
segala hal
sendiri
lewat, melintas
tidak memiliki
unggul, melebihi

Bentuk-bentuk eks, ekstra, kontra, pro, dan anti yang dipakai. sebagai kata atau bentuk bebas memiliki makna mantan atau bekas, tambahan di luar yang resmi atau sangat, dalam keadaan tidak setuju atau menentang, setuju, dan tidak setuju atau tidak suka ditulis terpisah.

Perhatikan contoh kalimat berikut!
(19) Beliau adalah eks pejuang. (bekas)
(20) Menjelang Lebaran para karyawan menerima gaji ekstra. (tambahan di luar yang resmi)

(21) Untuk mencukupi kebutuhan keluarga besarnya, ia terpaksa bekerja ekstra keras. (sangat luar biasa)
(22) Suatu hal yang wajar bila dalam setiap masalah selalu ada yang pro dan yang kontra. (setuju dan tidak setuju)
(23) Ia sangat anti terhadap rencana itu. (tidak suka)

LATIHAN
A. Pilihlah penulisan yang betul, kemudian gunakan dalam kalimat yang mengungkapkan suatu saran atau pendapat!
1. pra sangka — prasangka
2. nongelar — non gelar
3. antarpenduduk — antar penduduk
4. anti klimaks — antiklimaks
5. eks carik — ekscarik
6. ekstra ketat — ekstraketat
7. serba neka — serbaneka
8. kontradiksi — kontra diksi

Contoh:
prasangka
Jangan cepat-cepat memarahi anak itu karena tuduhan sebenarnya semua itu hanya ber-dasarkan prasangka belaka.

B. Pilihlah penulisan partikel yang benar, kemudian gunakan dalam kalimat yang mengungkapkan pertanyaan!
1. per bulan — perbulan
2. satu persatu — satu per satu
3. seorangpun — seorang pun
4. sungguh pun — sungguhpun
5. perbungkus — per bungkus

PERUBAHAN MAKNA
Perubahan bahasa merupakan semua hasil proses perkembangan bahasa, baik penambahan, pengurangan, maupun penggantian, dalam bidang apa saja pada bahasa, seperti bentuk dan makna (leksikal ataupun gramatikal).

1. Sebab-sebab Perubahan Makna
Perubahan arti kata dapat disebabkan oleh:
(1) peristiwa ketatabahasaan,
(2) perubahan waktu,
(3) perbedaan tempat,
(4) perbedaan lingkungan, dan
(5) perubahan konotasi.

(1) Peristiwa Ketatabahasaan
Perubahan makna bisa dikarenakan peristiwa ketatabahasaan, misalnya pengimbuhan, pengulangan, dan penggabungan. Kata turun dalam kalimat ‘Ia baru turun dari gunung’ mmmpunyai makna ‘bergerak dari atas ke bawah’. Karena konteks tertentu dari peristiwa ketatabahasaan kata turun dapat mengalami perubahan makna.

Perhatikan makna kata turun pada kalimat-kalimat berikut ini!
a. Ia baru saja turun dari Mekah.
b. Ketinggian air laut tidak turun-turun, padahal kami hendak bermain di pasir.
c. Semua penumpang busus disuruh turun.
d. Kondisi tubuhnya turun drastis.
e. Perintah dari atasan belum turun.
f. Usaha itu dikelola oleh keluarga Hardi secara turun-temurun.
g. Harga beras mulai menurun.
h. Setelah menuruni lembah itu, kami beristirahat.
i. Dalam pertandingan itu, Persebaya menurunkan pemain-pemain terbaiknya.
j. Ia masih keturunan raja Mataram.

(2) Perubahan Waktu
Perubahan makna bisa disebabkan perubahan waktu. Kata yang dulunya bermakna tertentu, sekarang bisa mempunyai makna tambahan atau bisa juga berubah maknanya. Kata kota dahulu bermakna ‘dinding (tembok) yang mengelilingi tempat pertahanan’. Sekarang kota bermakna ‘daerah yang merupakan pusat kegiatan pemerintahan, ekonorni, kebudayaan’. Contoh lainnya dapat Anda lihat pada contoh-contoh berikut:

Makna Dahulu Makna Sekarang

berlayar : ‘bepergian dengan perahu layar’ ‘bepergian dengan perahu yang
memakai layar maupun tidak’

sarjana : ‘orang pandai yang terpandang’ ‘lulusan perguruan tinggi,
gelar universitas’

ibu : ‘orang perempuan yang telah ‘sebutan hormat kepada wanita’
melahirkan’

(3) Perbedaan Tempat
Perubahan makna bisa dikarenakan perbedaan tempat. Kata yang di suatu daerah mempunyai makna tertentu, di daerah lain mempunyai makna yang berbeda. Kata abang di Jakarta (Indonesia) bermakna ‘kakak laki-laki’; dalam bahasa Jawa bermakna ‘merah’. Contoh lainnya dapat Anda lihat berikut ini:

bangsat :  di Minangkabau bermakna ‘orang gembel, miskin’;
di Jakarta bermakna ‘kepinding, kutu busuk’;
dalam bahasa Indonesia bermakna ‘orang yang bertabiat jahat
(terutama yang suka mencuri, mencopet.)
budak : di Sunda bermakna ‘anak, kanak-kanak’;
dalam bahasa Indonesia bermakna ‘hamba, orang gajian (budak belian)’

batin : di Sumatra bermakna ‘penghulu adat’;
dalam bahasa Indonesia bermakna ‘yang terdapat dalam hati’

(4) Perbedaan Lingkungan
Perubahan makna makna bisa dikarenakan perbedaan lingkungan. Kata kitab secara umum bermakna ‘buku’; di kalangan agama, kata kitab bermakna ‘buku suci’.
Cobalah Anda lihat pada contoh-contoh berikut ini!

nilai : di lingkungan ekonomi bermakna ‘harga’; di lingkungan pendidikan bermakna ‘angka kepandaian’; di lingkungan kebudayaan bermakna ‘konsep abstrak mengenai sesuatu’

negeri : di hngkungan pendidikan bermakna ‘yang diselenggarakan oleh negara (lawan kata swasta)’; di lingkungan geografi bennakna ‘tanah tempat tinggal suatu bangsa’

nada : di lingkungan linguistik bermakna ‘ungkapan keadaan jiwa atau suasana hati; makna yang tersembunyi di ucapan’; di lingkungan seni musik bermakna ‘tinggi rendahnya bunyi’

gaya : di lingkungan linguistik bermakna ‘pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek tertentu; di lingkungan sastra bermakna ‘keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra’; di olah raga bermakna teknik/cara melakukan sesuatu’; di lingkungan sosial bermakna ‘pola tingkah laku’

(5) Perubahan makna bisa dikarenakan perubahan konotasi. Kata menggembosi bermakna ‘membuat menjadi gembos’, misalnya dalam kalimat ‘Anak itu menggembosi ban mobil adiknya agar adiknya tidak jadi pergi’. Karena konotasi tertentu, maknanya bisa berubah menjadi ‘mengurangi (menurunkan) isi atau jumlah (orang, barang) banyak-banyak dalam waktu dekat, misalnya dalam kalimat ‘Kelompok organisasi itu menggembosi partainya dalam pemilu ini’.
Contoh lainnya dapat Anda lihat berikut ini:

a. gerombolan (1) kelompok; kawanan
(2) kawanan pengacau (perusuh)

b. mengamankan (1) menjadikan tidak berbahaya, tidak rusuh
(2) menjadikan tenteram
(3) melindungi, menyelamatkan
(4) menjinakkan (ranjau, granat, meriam)
(5) menyimpan atau menyembunyikan supaya tidak diambil orang
(6) menahan orang yang melanggar hukum

c. membungkam (1) menutup mulut supaya diam
(2) membuat orang/organisasi/pers tidak mengeluarkan pendapat/ berita

2. Jenis-jenis Perubahan Makna
Berdasarkan jenisnya, perubahan makna bisa dibedakan atas (1) perluasan, (2) penyempitan, (3) peninggian (ameliorasi), (4) penurunan (peyorasi), (5) asosiasi, dan (6) sinestesia.

(l) Perluasan Makna
Perluasan makna adalah proses memperluas makna unsur bahasa dengan memperluas konteksnya.
Kata bapak yang artinya ‘orang tua laki-laki; ayah’ dapat diperluas konteksnya sehingga bermakna ‘seorang laki-laki yang berumur lebih tua atau yang dihormati’.
Kata saudara yang semula artinya ‘anak-anak yang sekandung/seibu/seayah’ dapat diperluas konteksnya sehingga bermakna ‘semua orang yang sama umurnya/derajatnya/ kedudukannya’.

(2) Penyempitan Makna
Penyempitan makna adalah proses pembatasan konteks dari sebuah unsur bahasa yang dipakai sehingga maknanya menjadi lebih terbatas dari makna pusatnya.
Misalnya kata pendeta yang semula bermakna ‘orang yang berilmu’, sekarang digunakan dalam konteks yang lebih sempit, sehingga bermakna ‘guru Kristen’. Kata sastra yang dulu berarti ‘semua tulisan’ sekarang bermakna tulisan yang bersifat seni; karya seni bahasa’.

(3) Peninggian Makna (Ameliorasi)
Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tinggi/hormat/halus/baik nilainya daripada makna lama.
Berikut ini merupakan contoh dari peninggian makna.

Lama Sekarang/Baru

wanita : ‘yang diinginkan’ ‘lebih tinggi/hormat
(oleh pria) daripada kata perempuan’
putra : ‘anak laki-laki’ ‘lebih tinggi daripada kata anak’
tunarungu : ‘tidak bisa mendengar’ ‘lebib tinggi daripada kata tuli’
tunawisma : ‘tidak punya rumah’ ‘lebih tinggi daripada gelandangan’
tunanetra : ‘tidak bisa melihat’ ‘lebih tinggi daripada kata buta’
pramuwisma: ‘pembantu rumah tangga’ ‘lebih tinggi daripada kata pembantu rumah tangga’

(4) Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna adalah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih rendah/kurang baik/kurang halus/kurang menyenangkan nilainya daripada makna lama.
Silakan Anda perhatikan contoh-contoh berikut ini!

Lama Sekarang/Baru

perempuan : ‘lawan laki-laki’ ‘lebih rendah daripada kata wanita’
buruh : ‘pekerja’ ‘lebih rendah daripada kata karyawan/pegawai’
laki : ‘suami’ ‘lebih rendab daripada kata suami’
kencing : ‘air kecil; berkemih’ ‘lebih rendah daripada kata air kecil/urine’
mencret : ‘sakit murus’ ‘lebih rendah daripada kata disentri’

(5) Asosiasi
Asosiasi adalah hubungan antara makna lama dengan makna baru, Kata amplop merujukpada benda yang digunakan sebagai sampul surat. Pada suatu saat, untuk melancarkan usaha atau untuk mencapai tujuan tertentu, orang berani menyogok dengan cara memberi uang kepada pejabat/orang. Uang sogok ini biasanya dimasukkan ke dalam amplop. Akibatnya, orang menghubungkan amplop dengan uang sogok. Itulah sebahnya, amplop yang maknanya ‘sampul surat’ bisa juga bermakna ‘uang sogok’. Anda perhatikan contoh berikut ini!

Lama Sekarang/Baru
bunga : ‘kembang’ ‘gadis cantik’
mengeruk : ‘mengorek, mengeduk, ‘mengambil keuntungan’
menggali’
kursi : ‘tempat duduk’ ‘jabatan, kedudukan’
basah : ‘mengandung air’ ‘banyak mendatangkan keuntungan’
empuk : ‘lunak, tidak keras’ ‘menyenangkan; enak (karena fasilitas yang cukup’
lengser : ‘meluncur’ ‘turun dari jabatan’

(6) Sinestesia
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indra, misalnya: dari indra penglihatan ke indra pendengar, dari indra perasa ke indra pendengar.
Contoh:
a. Ia mengkritik saya dengan pedas.
(pendengar - perasa)
b. Dari tadi mukanya masam terus.
(penglihatan - perasa)
c. Kami disambut hangat oleh tuan rumah.
(penglihatan - perasa)
d. Suaranya bening sekali.
(pendengar - penglihatan)

LATIHAN
A. 1. Sebutkan lima contoh perubahan arti kata yang disebabkan oleh peristiwa pengimbuhan (penambahan awalan, sisipan, atau akhiran)?

2. Sebutkan perubahan yang disebabkan oleh (1) perubahan waktu, (2) perbedaan tempat, (3) perbedaan lingkungan, dan (4) perubahan konotasi, masing-masing dengan sebuah contoh!

B. Buatlah dua kalimat dari kata-kata di bawah ini yang masing-masing kalimat mengandung makna lama dan makna barunya!
1. putra
2. masam
3. kitab
4. minggu
5. waras

C. Pasangkanlah kalimat-kalimat di bawah ini dengan kata yang relevan!
1. Matanya berkaca-kaca begitu mendengar anaknya lulus A. perluasan
dalam ujian itu. B. penyempitan
2. Saya harap saudara-saudara dapat memperhatikan saran dari kepala sekolah. C. ameliorasi
3. Ulama hendaknya bisa membimbing umatnya ke jalan D. peyorasi
yang benar. E. sinestesia
4. Wajah anaknya manis seperti ibunya. F. asosiasi
5. Bininya kini telah bunting lagi. G. metonornia
6. Ibunya seorang wanita karier.

No comments:

Post a Comment