Tuesday, December 23, 2008

Teknik Pengajaran Menulis Cerita (Pendek)

Bagi sebagian siswa menulis cerita dirasakan sebagai wisata hati, sesuatu yang sangat menyenangkan. Melalui cerita seseorang dapat berbagi pengalaman hidup dan berkeluh-kesah. Melalui cerita pula penulis dapat merekam lika-liku kehidupan yang dijalaninya. Masalahnya, bagaimana cara memotivasi siswa yang belum terbiasa menulis cerita?


Pengajaran menulis cerita dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut. Pertama, mencatat yang terlintas, yaitu tuliskan sebanyak mungkin kata yang terlintas dalam pikiran setelah mendengar suatu kata. Misalnya, ketika dikatakan “sandal jepit”, tuliskan “alas kaki, murah, toilet, licin, santai, dsb.”


Kegiatan ini adalah aktivitas pembuka untuk melepaskan sekat-sekat keraguan serta melatih kreativitas berpikir. Umumnya kendala menulis adalah (a) keraguan untuk memulai menulis, (b) keraguan untuk merangkai jalan cerita, dan (c) keraguan apakah tulisannya bagus atau tidak. Hambatan-hambatan itulah yang ingin dikikis melalui kegiatan Mencatat yang Terlintas.


Kedua, mendeskripsikan, yaitu memberikan gambaran tentang suatu objek, tempat, suasana, tokoh, penokohan, dsb. sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan, melihat, mendengar, mencium apa yang dideskripsikan penulis. Latihan pendeskripsian dilakukan dengan cara (a) mendeskripsikan sesuatu yang terlihat, (b) mendeskripsikan sesuatu yang terdengar, (4) mendeskripsikan sesuatu yang tercium, dan (d) mendeskripsikan sesuatu yang teraba. Latihan ini dilakukan satu per satu agar pendeskripsian dapat lebih terfokus dan mendalam (detail).


Latihan pendeskripsian sangat penting karena karya-karya tulis besar yang menarik minat pembaca adalah karya yang berhasil dari segi pendeskripsian. Di antara daya tarik novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata adalah karena sukses mendeskripsikan indahnya keberagaman di antara sepuluh sekawan (laskar pelangi). Novel The Davinci Code menjadi menarik karena Dan Brown, pengarangnya, berhasil mendeskripsikan ketegangan Sophie Neveu dan Langdon dalam usahanya memecahkan kode-kode rahasia dan melepaskan diri dari kejaran polisi dan rivalnya. Ketika Cinta Bertasbih menarik untuk dibaca karena Habiburrahman El Shirazy berhasil memberikan penggambaran tentang keuletan Khairul Azzam hingga dapat meraih sukses.


Ketiga, menggunakan pengandaian 180° berbeda. Latihan menulis cerita tidak harus dimulai dengan sesuatu yang baru. Latihan dapat dimulai dengan sesuatu yang sudah dikenal semua siswa. Hal ini bertujuan agar siswa memiliki gambaran umum tentang apa yang akan dituliskan. Tapi, agar cerita tetap menarik, siswa diharuskan menulis cerita dengan karakteristik tokoh yang berbeda 180°. Misalnya, bila siswa hendak menuliskan kembali cerita “Si Kancil”, maka karakteristik Kancil yang biasanya lebih cerdik daripada Buaya, kali ini diubah 180° berbeda sehingga Buaya dibuat lebih cerdik.


Keempat, menggunakan berbagai sudut pandang (point of view). Sudut pandang artinya dari pandangan mana peristiwa-peristiwa dalam cerita dipaparkan, apakah dari sudut pandang pengarang, tokoh A, atau tokoh B. Di dalam cerita yang utuh, sudut pandang selalu berubah. Oleh karena itu, perubahan sudut pandang merupakan bagian yang harus dilatihkan agar siswa dapat membuat cerita yang lebih variatif dan menarik.


Pada cerita Si Kancil (dengan 180° berbeda), pertama-tama siswa diminta untuk menuliskan cerita dengan sudut pandang Si Kancil. Selanjutnya, siswa diminta untuk membuat cerita tersebut dengan sudut pandang Buaya.


Kegiatan menulis ibarat mengasah gergaji. Bila tidak pernah diasah, gergaji akan tumpul, tak tajam. Tapi, semakin sering gergaji diasah, maka semakin tajam gergaji kita, semain mudah pula kita memakainya. Demikian pula dengan menulis, semakin sering berlatih maka semakin terampil kita menulis.

No comments:

Post a Comment