Tuesday, November 4, 2008

Kiat agar Siswa Tidak Menganggap Remeh Bahasa Indonesia

Tidak bisa dimungkiri bahwa salah satu kendala pembelajaran bahasa Indonesia adalah anggapan remeh siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Anggapan itu terjadi karena siswa merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam kegiatan berkomunikasi sehari-hari. Pandangan remeh tersebut membuat siswa kurang berempati dan kurang memperhatikan pembelajaran bahasa Indonesia. Akibatnya, kelas menjadi ramai (dalam arti ramai yang tidak mendukung tercapainya tujuan pembelajaran), siswa tidak memperhatikan penjelasan guru maupun media yang digunakan, dan siswa tidak berupaya mengerjakan soal dengan baik.


Dalam hal ini, siswa belum menyadari pentingnya mempelajari bahasa Indonesia secara efektif untuk mencapai keberhasilan tujuan komunikasi. Sebagian besar siswa belum menyadari bahwa kesulitan mereka dalam mempelajari bidang studi lain kemungkinan besar dapat disebabkan oleh kekurangmampuan mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi lisan maupun tulis. Misalnya, kesulitan itu dapat disebabkan kurangnya perbendaharaan kata dan kemampuan mereka dalam menghubungkan makna antarkata, antarkalimat, ataupun alur bacaan tersebut.


Kesulitan siswa dalam menjawab pertanyaan mungkin saja disebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam menata bahasa untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaannya secara runtut dan jelas. Kondisi itu merupakan awal ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang selanjutnya merupakan awal bagi ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran bidang studi lain.


Sebagai media pembelajaran bidang studi lain, kurang terampilnya siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia, baik secara reseptif maupun produktif, lisan maupun tulis, dapat memengaruhi kinerjanya dalam bidang studi lain.


Ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Antara lain:


(1) Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru perlu menanamkan pengertian bahwa belajar berbahasa Indonesia itu penting. Namun, tentunya pengertian tersebut tidak hanya disampaikan secara verbalistis, tetapi perlu dikonkretkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia yang bermakna, kontekstual, menantang, dan menyenangkan. Untuk itu, guru perlu merancang metode dan strategi pembelajaran bahasa Indonesia.


Di dalamnya, siswa diberi kegiatan yang bersifat menantang penggunaan bahasa Indonesia yang efektif untuk mencapai keberhasilan kegiatan komunikasi. Misalnya, siswa diberi tantangan untuk membuat wacana deskripsi yang benar-benar dapat memberikan gambaran jelas bagi penyimak atau pembacanya tentang deskripsinya tersebut. Contohnya, dalam mendeskripsikan bunga mawar yang tumbuh di halaman sekolah, penyimak maupun pembacanya dapat memperoleh gambaran jelas seperti melihat sendiri tumbuhnya bunga mawar di halaman.


(2) Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa. Selain itu, bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Untuk itu, pembelajaran bahasa Indonesia perlu dilakukan dengan baik, serius, dan terprogram karena akan berdampak pada perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa, serta keberhasilan atau ketidakberhasilan siswa dalam mempelajari bidang studi lain.


(3) Upayakan pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan media pembelajaran yang menarik, variatif, inovatif, dan melibatkan peristiwa komunikasi yang aktual dan kontekstual. Sehingga, siswa merasakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia itu menyenangkan, tidak monoton, serta merangsang siswa menggunakan bahasa secara aktif dan kreatif. Media pembelajaran ini tidak harus diadakan dengan membeli. Guru dapat mengadakannya dengan membuat bersama-sama siswa dari apa saja di sekitar sekolah atau di rumah, yang dari kejelian guru dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang menarik.


(4) Pembelajaran bahasa Indonesia lebih bersifat praktis karena bahasa merupakan alat komunikasi. Untuk itu, upayakan penilaian pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya berbentuk penilaian hasil, namun menyeimbangkan (balancing) antara penilaian hasil dan proses.


(5) Upayakan siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia secara santun dan efektif. Dalam situasi formal, misalnya, siswa dapat menyanggah pendapat temannya dalam suatu kegiatan diskusi dengan bahasa yang efektif dan santun sehingga tidak terkesan berbelit-belit maupun melecehkan hasil pemikiran atau hasil kerja temannya. Dalam situasi informal, misalnya, ketika istirahat sekolah siswa yang bermaksud mengajak temannya bermain dapat dilakukan efektif dan santun. Sehingga, temannya bersedia ikut bermain dan tidak merasa terpaksa.


(6) Perlu adanya pengertian kepada siswa bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang menjadi identitas bangsa yang sudah selayaknya menjadi kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia. (*)


Sumber: klubguru

1 comment:

  1. Salut Pak Husnaeni. Memang benar bahwa di era global seperti sekarang jarang sekali ditemui siswa atau bahkan guru yang menggunakan Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan, baik lisan maupun tulisan.(Mungkin termasuk saya). Terima kasih atas tips-tips yang bermanfaat. Selamat berkarya.

    ReplyDelete