Monday, July 11, 2011

MUSIKALISASI PUISI DENGAN PARADE BAND

      Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas IX, terdapat KD menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan suasana/irama yang dibangun. Baren Barnabas Guru SMPN 2 Cikajang Garut mengembangkan strategi untuk pencapaian KD tersebut, yaitu dengan Parade Band. Alokasi waktu disiapkan enam jam pelajaran untuk tiga kali pertemuan.

     PEMBELAJARAN musikalisasi puisi sebaiknya dapat dijadikan kesempatan emas untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Kesenangan para siswa akan musik, lagu, dan grup band yang diidolakannya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu faktor pendukung pembelajaran musikalisasi puisi. Bukankah sebuah lagu pada mulanya adalah sebuah puisi juga? Ya, dapat dikatakan bahwa lagu adalah puisi yang diaransemen, diberi nada dan irama, serta diiringi dengan bunyi-bunyian dari alat-alat musik tertentu. Pendek kata, antara puisi dan lagu memiliki hubungan yang sangat erat. Kaitan inilah yang mencetuskan ide untuk menggelar musikalisasi puisi melalui sebuah acara dengan konsep parade band demokrasi: dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa.

Pada pertemuan pertama, PBM difokuskan pada pemahaman tujuan pembelajaran, penjelasan materi musikalisasi puisi disertai contoh-contoh, diperdengarkannya sebuah lagu puitis "Saat Terakhir" dari grup band ST 12, kemudian bersama-sama menentukan suasana lagu tersebut ditinjau dari susunan kata, cara menyanyikan, serta iringan musiknya. Setelah itu, siswa berkelompok dengan anggota 4-6 orang. Mereka diberikan pula LK berupa puisi berjudul "Buat Saudara Kandung" karya Hartojo Andangdjaja (dan beberapa pertanyaan) untuk dianalisis dari segi suasananya lengkap dengan alasan yang disertai kutipan kata-kata kuncinya.

Langkah berikutnya adalah menyusun rubrik penilaian untuk menilai presentasi tiap kelompok dalam menyampaikan hasil diskusinya. Keseluruhan LK kemudian dipajang di dinding kelas dan setiap kelompok diberi kesempatan untuk saling melihat hasil kerjanya itu sambil membubuhkan komentarnya. Terakhir, siswa dan guru melakukan refleksi atas pembelajaran saat itu. Sebagai PR, setiap kelompok ditugaskan untuk menghubungkan suasana puisi dengan nada dan irama yang pas untuk mengiringinya. Tidak lupa, untuk pertemuan berikutnya setiap kelompok ditugaskan juga untuk membawa alat-alat musik yang diperlukan.

Pada pertemuan kedua, di awal pembelajaran siswa dan guru bertanya jawab tentang menghubungkan suasana puisi dengan irama musikalisasi puisi yang telah ditugaskan. Berikutnya, setiap kelompok dipersilakan untuk bersiap-siap menampilkan musikalisasi puisi yang telah digubahnya. Agar lebih kental nuansa parade band-nya, mereka juga diwajibkan memberi nama kelompoknya dengan nama yang mencerminkan sebuah band. Tentu saja nama yang baru, bagus, pantas, komersil, bermakna, mudah diingat, serta memiliki konotasi positif.

Rubrik penilaian pun disusun bersama-sama dilanjutkan dengan pengundian untuk urutan penampilan. Saat sebuah band menampilkan musikalisasi puisinya, kelompok band lainnya melakukan penilaian. Oleh juru bicara setiap kelompok, hasil penilaian itu kemudian dipresentasikan dan diserahkan kepada kelompok yang bersangkutan. Selanjutnya, siswa dan guru melakukan refleksi sekaligus merencanakan pembelajaran musikalisasi puisi pada pertemuan ketiga atau terakhir. Disepakati dalam pertemuan itu, setiap kelompok diberi keleluasaan untuk menentukan sendiri puisi yang akan dimusikalisasi, baik puisi karya sendiri maupun orang lain.

MUSIKALISASI PUISI DENGAN PARADE BAND

      Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas IX, terdapat KD menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan suasana/irama yang dibangun. Baren Barnabas Guru SMPN 2 Cikajang Garut mengembangkan strategi untuk pencapaian KD tersebut, yaitu dengan Parade Band. Alokasi waktu disiapkan enam jam pelajaran untuk tiga kali pertemuan.

     PEMBELAJARAN musikalisasi puisi sebaiknya dapat dijadikan kesempatan emas untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Kesenangan para siswa akan musik, lagu, dan grup band yang diidolakannya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu faktor pendukung pembelajaran musikalisasi puisi. Bukankah sebuah lagu pada mulanya adalah sebuah puisi juga? Ya, dapat dikatakan bahwa lagu adalah puisi yang diaransemen, diberi nada dan irama, serta diiringi dengan bunyi-bunyian dari alat-alat musik tertentu. Pendek kata, antara puisi dan lagu memiliki hubungan yang sangat erat. Kaitan inilah yang mencetuskan ide untuk menggelar musikalisasi puisi melalui sebuah acara dengan konsep parade band demokrasi: dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa.

Pada pertemuan pertama, PBM difokuskan pada pemahaman tujuan pembelajaran, penjelasan materi musikalisasi puisi disertai contoh-contoh, diperdengarkannya sebuah lagu puitis "Saat Terakhir" dari grup band ST 12, kemudian bersama-sama menentukan suasana lagu tersebut ditinjau dari susunan kata, cara menyanyikan, serta iringan musiknya. Setelah itu, siswa berkelompok dengan anggota 4-6 orang. Mereka diberikan pula LK berupa puisi berjudul "Buat Saudara Kandung" karya Hartojo Andangdjaja (dan beberapa pertanyaan) untuk dianalisis dari segi suasananya lengkap dengan alasan yang disertai kutipan kata-kata kuncinya.

Langkah berikutnya adalah menyusun rubrik penilaian untuk menilai presentasi tiap kelompok dalam menyampaikan hasil diskusinya. Keseluruhan LK kemudian dipajang di dinding kelas dan setiap kelompok diberi kesempatan untuk saling melihat hasil kerjanya itu sambil membubuhkan komentarnya. Terakhir, siswa dan guru melakukan refleksi atas pembelajaran saat itu. Sebagai PR, setiap kelompok ditugaskan untuk menghubungkan suasana puisi dengan nada dan irama yang pas untuk mengiringinya. Tidak lupa, untuk pertemuan berikutnya setiap kelompok ditugaskan juga untuk membawa alat-alat musik yang diperlukan.

Pada pertemuan kedua, di awal pembelajaran siswa dan guru bertanya jawab tentang menghubungkan suasana puisi dengan irama musikalisasi puisi yang telah ditugaskan. Berikutnya, setiap kelompok dipersilakan untuk bersiap-siap menampilkan musikalisasi puisi yang telah digubahnya. Agar lebih kental nuansa parade band-nya, mereka juga diwajibkan memberi nama kelompoknya dengan nama yang mencerminkan sebuah band. Tentu saja nama yang baru, bagus, pantas, komersil, bermakna, mudah diingat, serta memiliki konotasi positif.

Rubrik penilaian pun disusun bersama-sama dilanjutkan dengan pengundian untuk urutan penampilan. Saat sebuah band menampilkan musikalisasi puisinya, kelompok band lainnya melakukan penilaian. Oleh juru bicara setiap kelompok, hasil penilaian itu kemudian dipresentasikan dan diserahkan kepada kelompok yang bersangkutan. Selanjutnya, siswa dan guru melakukan refleksi sekaligus merencanakan pembelajaran musikalisasi puisi pada pertemuan ketiga atau terakhir. Disepakati dalam pertemuan itu, setiap kelompok diberi keleluasaan untuk menentukan sendiri puisi yang akan dimusikalisasi, baik puisi karya sendiri maupun orang lain.

Sunday, July 10, 2011

25 KESALAHAN FATAL PENDIDIKAN SAAT INI

Banyak hal baik eksternal maupun internal yang mempengaruhi dan menentukan kemajuan pendidikan kita. Berikut adalah  25 kesalahan fatal yang harus kita renungkan:

  1. Tidak melibatkan wahyu dalam basis filosofisnya (Jauh dari nilai Ketuhanan), hanya mengandalkan otak dan nilai progmatisnya.

  2. Terjadi Kesalahan fatal dalam memandang manusia. Manusia hanya dipandang sebagai “robot”. Kurang perhatian terhadap unsur ruhaniyahnya.

  3. Memandang rendah profesi guru di banding yang lainnya, dan menjadikan profesi guru sebagai kerja sambilan daripada tidak bekerja. Padahal profesi guru adalah profesi yang paling mulia.

  4. Menyimpang dari hakikat pendidikan yaitu pembentukan keyakinan dan akhlaq. Sementara pendidika saat ini hanya menekankan dan berlebihan dalam membentuk otak kiri (berlebihan dalam kognitif saja).

  5. Terdistorsi menjadi pengajaran klasikal, padahal hakikat pengajaran adalah face to face, jika ada seratus orang yang akan diajar maka minimal ada seratus desain watak orang.

  6. Sibuk berurusan dengan kulit dan meninggalkan isi.

  7. Tidak melihat pndidikan sendiri sewbagai tumpuan perubahan, sebaliknya cenderung mengharapkan perubahan dari bidang lain. Padahal pendidikan bukan segalanya, namun segalanya berawal dari pendidikan.

  8. Hanya senang bergumul dengan soal-soal jangka pendek, kurang telaten mengurusi agenda jangka panjang.

  9. Sering berpikir linier, kurang memahami pola spectrum dalam berpikir.

  10. Senang membuat kehebatan fisik, kurang pandai membangun kehebatan pengelol fisik (SDM).

  11. Sangat pandai melihat kesalahan orang lain, kurang suka melakukan introspeksi.

  12. Senang membuat dan menawarkan program revolusioner, namun tidak pandai membangun infrastruktur revolusi.

  13. Sangat pandai membongkar, agak bodoh dalam bongkar pasang.

  14. Sangat gegabah merumuskan program strategis dan kurang sabar pada hakikat perjuangan yaitu waktu yang panjang dan jalan yang terjal.

  15. Hanya gagap gempita di wilayah teknis, sangat sunyi pada wilayah strategis

  16. Senang memberikan ikan, lupa memberikan kail dan penggunaanya pada anak didik.

  17. Suka melakukan pengajaran, kurang pandai melakukan pendidikan.

  18. Sukses memberikan rapor dan ijazah (angka dan label), kurang (bahkan tidak sukses) memberikan ilmu.

  19. Sering menjadikan anak didik sebagai objek saja, jarang memperlakukannya sebagai subjek.

  20. Menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar dan sumber kebenaran, bukan sebagai penyampai kebenaran dan salah satu sumber kebenaran.

  21. Senang bermimpi masa depan, kurang pandai membangun bekal saat ini.

  22. Gemar membuat organisasi pendidikan kurang mampu membuat jaringan kader.

  23. Sangat suka membuat program kurang mampu mempertelakan agenda di dataran praktis.

  24. Senang bernostalgia dengan sejarah kejayaan masa silam, lupa menyerap dan mengambil pelajaran darinya.

  25. Bertumpu dan bergantung pada kekuatan makhluk, bukan pada kekuatan Allah SWT.


Dikutip dari: f41da.wordpres.com

25 KESALAHAN FATAL PENDIDIKAN SAAT INI

Banyak hal baik eksternal maupun internal yang mempengaruhi dan menentukan kemajuan pendidikan kita. Berikut adalah  25 kesalahan fatal yang harus kita renungkan:

  1. Tidak melibatkan wahyu dalam basis filosofisnya (Jauh dari nilai Ketuhanan), hanya mengandalkan otak dan nilai progmatisnya.

  2. Terjadi Kesalahan fatal dalam memandang manusia. Manusia hanya dipandang sebagai “robot”. Kurang perhatian terhadap unsur ruhaniyahnya.

  3. Memandang rendah profesi guru di banding yang lainnya, dan menjadikan profesi guru sebagai kerja sambilan daripada tidak bekerja. Padahal profesi guru adalah profesi yang paling mulia.

  4. Menyimpang dari hakikat pendidikan yaitu pembentukan keyakinan dan akhlaq. Sementara pendidika saat ini hanya menekankan dan berlebihan dalam membentuk otak kiri (berlebihan dalam kognitif saja).

  5. Terdistorsi menjadi pengajaran klasikal, padahal hakikat pengajaran adalah face to face, jika ada seratus orang yang akan diajar maka minimal ada seratus desain watak orang.

  6. Sibuk berurusan dengan kulit dan meninggalkan isi.

  7. Tidak melihat pndidikan sendiri sewbagai tumpuan perubahan, sebaliknya cenderung mengharapkan perubahan dari bidang lain. Padahal pendidikan bukan segalanya, namun segalanya berawal dari pendidikan.

  8. Hanya senang bergumul dengan soal-soal jangka pendek, kurang telaten mengurusi agenda jangka panjang.

  9. Sering berpikir linier, kurang memahami pola spectrum dalam berpikir.

  10. Senang membuat kehebatan fisik, kurang pandai membangun kehebatan pengelol fisik (SDM).

  11. Sangat pandai melihat kesalahan orang lain, kurang suka melakukan introspeksi.

  12. Senang membuat dan menawarkan program revolusioner, namun tidak pandai membangun infrastruktur revolusi.

  13. Sangat pandai membongkar, agak bodoh dalam bongkar pasang.

  14. Sangat gegabah merumuskan program strategis dan kurang sabar pada hakikat perjuangan yaitu waktu yang panjang dan jalan yang terjal.

  15. Hanya gagap gempita di wilayah teknis, sangat sunyi pada wilayah strategis

  16. Senang memberikan ikan, lupa memberikan kail dan penggunaanya pada anak didik.

  17. Suka melakukan pengajaran, kurang pandai melakukan pendidikan.

  18. Sukses memberikan rapor dan ijazah (angka dan label), kurang (bahkan tidak sukses) memberikan ilmu.

  19. Sering menjadikan anak didik sebagai objek saja, jarang memperlakukannya sebagai subjek.

  20. Menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar dan sumber kebenaran, bukan sebagai penyampai kebenaran dan salah satu sumber kebenaran.

  21. Senang bermimpi masa depan, kurang pandai membangun bekal saat ini.

  22. Gemar membuat organisasi pendidikan kurang mampu membuat jaringan kader.

  23. Sangat suka membuat program kurang mampu mempertelakan agenda di dataran praktis.

  24. Senang bernostalgia dengan sejarah kejayaan masa silam, lupa menyerap dan mengambil pelajaran darinya.

  25. Bertumpu dan bergantung pada kekuatan makhluk, bukan pada kekuatan Allah SWT.


Dikutip dari: f41da.wordpres.com

KALENDER PENDIDIKAN 2011/2012

Kalender pendidikan sangat diperlukan saat awal tahun pelajaran baru untuk membuat rencana atau rancangan kegiatan belajar mengajar. Bagi yang memerlukan, silahkan unduh di sini..!!

KALENDER PENDIDIKAN 2011/2012

Kalender pendidikan sangat diperlukan saat awal tahun pelajaran baru untuk membuat rencana atau rancangan kegiatan belajar mengajar. Bagi yang memerlukan, silahkan unduh di sini..!!