Monday, March 16, 2009

Sulit Menulis Karya Ilmiah?

Ibu-Bapak guru yang menghadapi tantangan berat dalam menyusun karya tulis ilmiah, web http://www.gurupembaharu.com dapat menjadi mitra menyelesaikan masalah. Jangan menyatakan tidak bisa, itu bukan masalah yang tidak dapat dipecahkan. Yang pasti, semua pasti ...bisa!


Kita ikuti saja saran Mochtar Lubis, jika Anda ingin belajar menulis maka menulislah. Jadi tidak sulit. Masalahnya adalah hanya soal bagaimana kita mengubah kebiasaan, serta membangun harapan dan kemauan. Yang dapat menjadi bukti adalah Ibu dan Bapak biasa menjelaskan banyak hal kepada siswa dengan lancar secara lisan. Itu pasti karena kebiasaan. Jadi masalah menyusun tulisan itu bukan tidak pandai, melainkan tidak membiasakan diri!


Satu lagi yang da menyemangati kita, Prof. Suharjono menyatakan bahwa dalam menulis KTI itu jangan membayangkan dulu yang sulit-sulit seperti hendak menyusun tesis atau disertasi. Jangan sampai karena hal itu membuat kita tidak jadi -jadi menulis KTI. Ini berbeda.


Tantangan yang sesungguhnya adalah bagaimana mulai menyimpan data mengenai apa yang terjadi dalam pelaksanaan tugas, berpikir sistematis, mencatat gejala-gejala yang menarik perhatian. Kemudian menyusun catatan itu sebagai bahan perbaikan tindakan dalam kelas atau dalam mengelola sekolah. Yang pasti kita harus terbiasa memperhatikan apa kata teori dan apa yang sebenarnya terjadi. Selanjutnya membandingkannya dan mencari solusi agar ada keselasan antara apa yang terjadi dengan teori. Tapi perlu diingat bahwa malapetaka dalam ilmu dapat terjadi jika teori yang baik diuji dengan data yang buruk. Ini akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Jadi, kumpulkanlah data yang objektif dan bermutu.

Sulit Menulis Karya Ilmiah?

Ibu-Bapak guru yang menghadapi tantangan berat dalam menyusun karya tulis ilmiah, web http://www.gurupembaharu.com dapat menjadi mitra menyelesaikan masalah. Jangan menyatakan tidak bisa, itu bukan masalah yang tidak dapat dipecahkan. Yang pasti, semua pasti ...bisa!


Kita ikuti saja saran Mochtar Lubis, jika Anda ingin belajar menulis maka menulislah. Jadi tidak sulit. Masalahnya adalah hanya soal bagaimana kita mengubah kebiasaan, serta membangun harapan dan kemauan. Yang dapat menjadi bukti adalah Ibu dan Bapak biasa menjelaskan banyak hal kepada siswa dengan lancar secara lisan. Itu pasti karena kebiasaan. Jadi masalah menyusun tulisan itu bukan tidak pandai, melainkan tidak membiasakan diri!


Satu lagi yang da menyemangati kita, Prof. Suharjono menyatakan bahwa dalam menulis KTI itu jangan membayangkan dulu yang sulit-sulit seperti hendak menyusun tesis atau disertasi. Jangan sampai karena hal itu membuat kita tidak jadi -jadi menulis KTI. Ini berbeda.


Tantangan yang sesungguhnya adalah bagaimana mulai menyimpan data mengenai apa yang terjadi dalam pelaksanaan tugas, berpikir sistematis, mencatat gejala-gejala yang menarik perhatian. Kemudian menyusun catatan itu sebagai bahan perbaikan tindakan dalam kelas atau dalam mengelola sekolah. Yang pasti kita harus terbiasa memperhatikan apa kata teori dan apa yang sebenarnya terjadi. Selanjutnya membandingkannya dan mencari solusi agar ada keselasan antara apa yang terjadi dengan teori. Tapi perlu diingat bahwa malapetaka dalam ilmu dapat terjadi jika teori yang baik diuji dengan data yang buruk. Ini akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Jadi, kumpulkanlah data yang objektif dan bermutu.

Mesin Koreksi soal Ujian (LJK)

Ketika Komputer? Mengoreksi?

Pikiran Rakyat Edisi 5 Agustus 2004 oleh Dian Putri Maharani

ANTARA Juni-Juli selalu menjadi bulan paling ?mendebarkan? bagi ABG dan orang tua. Seperti kita tahu setiap tahun ujian sekolah ataupun ujian masuk perguruan tinggi negeri yang biasa disingkat SPMB (seleksi penerimaan mahasiswa baru) selalu diadakan di bulan-bulan ini. Kalau berbicara tentang ujian, ada beberapa yang langsung terpaku di pikiran, mulai dari yang agak berat seperti, bimbingan belajar, passing grade, pilihan jurusan, biaya, sampai hal-hal yang remeh, seperti pensil 2B, latihan mengisi lembar jawab komputer (LJK) dan lain-lain. Nah, terkait dengan pensil 2B dan lembar jawaban ujian, pikiran langsung tertuju pada LJK. Bagi beberapa peserta ujian, mengisi LJK bisa jadi menjadi satu beban tersendiri. Kekhawatiran salah mengisi selalu menghantui langkah dan berakibat terbukanya pintu kegagalan masuk perguruan tinggi negeri, hanya gara-gara salah ?menghitamkan? LJK. Betulkah sebegitu gawat dan mencemaskan perkara LJK ini? Bagaimana sebenarnya komputer ?membaca? jawaban dari peserta? Benarkah kesalahan kecil, semacam kurang penuh mengisi bulatan jawaban akan berakhir fatal? Jawaban-jawaban atas pertanyaan yang menggelisahkan tersebut dapat kita kurangi kalau kita tahu bagaimana cara kerja OMR, si komputer pembaca LJK ini. ** ADA istilah yang sering kali diucapkan para pelajar ketika baru selesai ujian, “Ah, sudahlah, pasrah aja. Soal jawaban itu mah terserah pak guru yang mengoreksi saja.” Memang betul. Di masa dulu-dulu, bapak dan ibu guru akan berjibaku berpeluh keringat mengoreksi jawaban para siswa. Momen koreksi ini adalah peristiwa penting, bahkan maha penting. Boleh dibilang nasib orang ditentukan. Maklum manusia, termasuk bapak dan ibu guru kita, mungkin pula mengalami kealpaan. Susahnya, kesalahan itu akan ditanggung siswa, bisa jadi ditanggung seumur hidup. Itulah sebabnya orang terus -menerus mengembangkan metode dan teknologi untuk menghindari kesalahan dalam tahap ujian seperti ini. Banyak sekali model menghindari kesalahan dalam ujian. Dari sisi metode ujian, ada model soal jawaban ganda, jawaban benar-salah, jawaban uraian, dan lain-lain.

Mesin Koreksi soal Ujian (LJK)

Ketika Komputer? Mengoreksi?

Pikiran Rakyat Edisi 5 Agustus 2004 oleh Dian Putri Maharani

ANTARA Juni-Juli selalu menjadi bulan paling ?mendebarkan? bagi ABG dan orang tua. Seperti kita tahu setiap tahun ujian sekolah ataupun ujian masuk perguruan tinggi negeri yang biasa disingkat SPMB (seleksi penerimaan mahasiswa baru) selalu diadakan di bulan-bulan ini. Kalau berbicara tentang ujian, ada beberapa yang langsung terpaku di pikiran, mulai dari yang agak berat seperti, bimbingan belajar, passing grade, pilihan jurusan, biaya, sampai hal-hal yang remeh, seperti pensil 2B, latihan mengisi lembar jawab komputer (LJK) dan lain-lain. Nah, terkait dengan pensil 2B dan lembar jawaban ujian, pikiran langsung tertuju pada LJK. Bagi beberapa peserta ujian, mengisi LJK bisa jadi menjadi satu beban tersendiri. Kekhawatiran salah mengisi selalu menghantui langkah dan berakibat terbukanya pintu kegagalan masuk perguruan tinggi negeri, hanya gara-gara salah ?menghitamkan? LJK. Betulkah sebegitu gawat dan mencemaskan perkara LJK ini? Bagaimana sebenarnya komputer ?membaca? jawaban dari peserta? Benarkah kesalahan kecil, semacam kurang penuh mengisi bulatan jawaban akan berakhir fatal? Jawaban-jawaban atas pertanyaan yang menggelisahkan tersebut dapat kita kurangi kalau kita tahu bagaimana cara kerja OMR, si komputer pembaca LJK ini. ** ADA istilah yang sering kali diucapkan para pelajar ketika baru selesai ujian, “Ah, sudahlah, pasrah aja. Soal jawaban itu mah terserah pak guru yang mengoreksi saja.” Memang betul. Di masa dulu-dulu, bapak dan ibu guru akan berjibaku berpeluh keringat mengoreksi jawaban para siswa. Momen koreksi ini adalah peristiwa penting, bahkan maha penting. Boleh dibilang nasib orang ditentukan. Maklum manusia, termasuk bapak dan ibu guru kita, mungkin pula mengalami kealpaan. Susahnya, kesalahan itu akan ditanggung siswa, bisa jadi ditanggung seumur hidup. Itulah sebabnya orang terus -menerus mengembangkan metode dan teknologi untuk menghindari kesalahan dalam tahap ujian seperti ini. Banyak sekali model menghindari kesalahan dalam ujian. Dari sisi metode ujian, ada model soal jawaban ganda, jawaban benar-salah, jawaban uraian, dan lain-lain.

Saturday, March 14, 2009

Mengajar Itu Sama dengan Belajar

Ada korelasi positif terhadap peningkatan kompetensi bagi seorang pengajar yang sering memberikan ceramah pada seminar, atau mengajar pada pendidikan di berbagai perusahaan. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?


1. Pengajar berperan sebagai fasilitator Mengajar orang dewasa tentu berbeda dengan mengajar pada anak kecil, maupun mengajar pada mahasiswa. Pendidikan bagi orang dewasa, harus dibuat sedemikian rupa, sehingga situasi kelas tidak membosankan, dan ada komunikasi dua arah. Di satu sisi pengajar harus menguasai materi yang disampaikan, dan bertindak sebagai fasilitator, dan harus pandai menangkap sifat kelas yang diberikan pengajaran pada saat itu. Ada kelas yang partisipannya begitu menonjol, aktif dan banyak diskusi, disini peran pengajar hampir mirip fasilitator atau moderator, namun kita juga harus mampu mengarahkan kelas agar tak terjadi debat kusir. Pada kelas yang aktif, banyak pertanyaan tak terduga, dan kadang-kadang pengajar sendiri belum mengetahui jawaban yang tepat. Jika ini terjadi, diperlukan seorang pengajar yang bijaksana, sehingga tidak terkesan bahwa pengajar tidak mampu menguasai kelas.


2. Buat perencanaan yang matang Persiapan yang matang akan sangat menunjang keberhasilan dalam menyampaikan pengajaran. Pengajar yang baik, akan mempersiapkan bahan ajar, dengan kedalaman materi sesuai tujuan yang akan dicapai. Pengajar juga harus menguasai teknologi agar penyampaian bahan ajar menarik. Apabila bahan ajar telah siap, pengajar mempersiapkan berbagai alternatif kemungkinan. Misalkan, dengan menyiapkan berbagai jenis latihan, dengan tingkat kedalaman berbeda, sehingga kelas seperti apapun bisa dikuasai. Merupakan hal yang biasa, bahwa saat kita ditunjuk sebagai pengajar, persepsi di awal sangat berbeda dengan keadaan/kenyataan yang ada di kelas, sehingga pengajar harus bisa menyesuaikan diri. Pengajar juga harus mandiri, karena jika ditunjuk sebagai pengajar, apalagi jika pendidikan dilaksanakan diluar kota, maka pada umumnya lembaga yang didatangi hanya menyediakan fasilitator, yang berfungsi mengatur dan mengontrol terselenggaranya pendidikan di kelas. Sedangkan hal-hal lain, seperti mempersiapkan bahan ajar, sampai penayangan di depan kelas, benar-benar harus dapat dilaksanakan oleh pengajar itu sendiri tanpa bantuan pihak lain.


3. Evaluasi Pada umumnya honor pengajar “sangat memadai” sehingga pihak penyelenggara ingin mendapatkan hasil sebaik-baiknya. Apabila hasil evaluasi dari para partisipan di kelas, ternyata kurang memenuhi harapan, maka pengajar tadi tidak akan dipakai lagi. Oleh karena itu pengajar harus berusaha sebaik-baiknya agar dapat menyampaikan pengajaran sesuai yang diharapkan pihak penyelenggara.


4. Bertambah teman, serta pengalaman. Mengajar orang dewasa, risikonya memang mereka mudah bosan, namun ada sisi enaknya, karena rata-rata partisipan telah mempunyai jabatan tertentu, sehingga akan menambah kenalan. Dan apabila kita sering diundang mengajar diberbagai kota, maka kita akan mempunyai teman-teman yang berkesinambungan, karena dengan adanya alat komunikasi yang semakin canggih, hubungan tadi akan dapat berjalan terus baik melalui sms, email, telepon dan lain-lain. Yang paling menyenangkan bagi pengajar, kita akan mendapat pengalaman yang berharga, menjadi kenal budaya/kultur perusahaan para partisipan tersebut, budaya daerah yang kita datangi, dan sering kita mendapat kesempatan mengunjungi daerah wisata selepas kegiatan mengajar.


5. Mengajar memaksa kita untuk belajar terus menerus. Ada keuntungan yang tak terlihat apabila kita sering mengajar. Apabila mengajar, pada umumnya satu kelas terdiri dari 20 orang dengan latar belakang yang berbeda. Kemungkinan pengajar hanya memberikan satu materi pelajaran, namun akan mendapat feed back dari 20 orang. Pada saat istirahat, pengajar dapat terlibat diskusi yang hangat dengan peserta, bahkan dengan peserta yang paling pendiam. Dari pengalaman mengajar, pertanyaan sering datang hanya dari beberapa partisipan saja, namun begitu istirahat, yang belum bertanya akan mengerumuni pengajar. Jika waktu kurang, pembahasan bisa terjadi diluar kelas, kemungkinan di lobi gedung pendidikan/hotel, dan disinilah kita banyak memperoleh masukan yang sangat berharga.


Sumber: blog edratna

Mengajar Itu Sama dengan Belajar

Ada korelasi positif terhadap peningkatan kompetensi bagi seorang pengajar yang sering memberikan ceramah pada seminar, atau mengajar pada pendidikan di berbagai perusahaan. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?


1. Pengajar berperan sebagai fasilitator Mengajar orang dewasa tentu berbeda dengan mengajar pada anak kecil, maupun mengajar pada mahasiswa. Pendidikan bagi orang dewasa, harus dibuat sedemikian rupa, sehingga situasi kelas tidak membosankan, dan ada komunikasi dua arah. Di satu sisi pengajar harus menguasai materi yang disampaikan, dan bertindak sebagai fasilitator, dan harus pandai menangkap sifat kelas yang diberikan pengajaran pada saat itu. Ada kelas yang partisipannya begitu menonjol, aktif dan banyak diskusi, disini peran pengajar hampir mirip fasilitator atau moderator, namun kita juga harus mampu mengarahkan kelas agar tak terjadi debat kusir. Pada kelas yang aktif, banyak pertanyaan tak terduga, dan kadang-kadang pengajar sendiri belum mengetahui jawaban yang tepat. Jika ini terjadi, diperlukan seorang pengajar yang bijaksana, sehingga tidak terkesan bahwa pengajar tidak mampu menguasai kelas.


2. Buat perencanaan yang matang Persiapan yang matang akan sangat menunjang keberhasilan dalam menyampaikan pengajaran. Pengajar yang baik, akan mempersiapkan bahan ajar, dengan kedalaman materi sesuai tujuan yang akan dicapai. Pengajar juga harus menguasai teknologi agar penyampaian bahan ajar menarik. Apabila bahan ajar telah siap, pengajar mempersiapkan berbagai alternatif kemungkinan. Misalkan, dengan menyiapkan berbagai jenis latihan, dengan tingkat kedalaman berbeda, sehingga kelas seperti apapun bisa dikuasai. Merupakan hal yang biasa, bahwa saat kita ditunjuk sebagai pengajar, persepsi di awal sangat berbeda dengan keadaan/kenyataan yang ada di kelas, sehingga pengajar harus bisa menyesuaikan diri. Pengajar juga harus mandiri, karena jika ditunjuk sebagai pengajar, apalagi jika pendidikan dilaksanakan diluar kota, maka pada umumnya lembaga yang didatangi hanya menyediakan fasilitator, yang berfungsi mengatur dan mengontrol terselenggaranya pendidikan di kelas. Sedangkan hal-hal lain, seperti mempersiapkan bahan ajar, sampai penayangan di depan kelas, benar-benar harus dapat dilaksanakan oleh pengajar itu sendiri tanpa bantuan pihak lain.


3. Evaluasi Pada umumnya honor pengajar “sangat memadai” sehingga pihak penyelenggara ingin mendapatkan hasil sebaik-baiknya. Apabila hasil evaluasi dari para partisipan di kelas, ternyata kurang memenuhi harapan, maka pengajar tadi tidak akan dipakai lagi. Oleh karena itu pengajar harus berusaha sebaik-baiknya agar dapat menyampaikan pengajaran sesuai yang diharapkan pihak penyelenggara.


4. Bertambah teman, serta pengalaman. Mengajar orang dewasa, risikonya memang mereka mudah bosan, namun ada sisi enaknya, karena rata-rata partisipan telah mempunyai jabatan tertentu, sehingga akan menambah kenalan. Dan apabila kita sering diundang mengajar diberbagai kota, maka kita akan mempunyai teman-teman yang berkesinambungan, karena dengan adanya alat komunikasi yang semakin canggih, hubungan tadi akan dapat berjalan terus baik melalui sms, email, telepon dan lain-lain. Yang paling menyenangkan bagi pengajar, kita akan mendapat pengalaman yang berharga, menjadi kenal budaya/kultur perusahaan para partisipan tersebut, budaya daerah yang kita datangi, dan sering kita mendapat kesempatan mengunjungi daerah wisata selepas kegiatan mengajar.


5. Mengajar memaksa kita untuk belajar terus menerus. Ada keuntungan yang tak terlihat apabila kita sering mengajar. Apabila mengajar, pada umumnya satu kelas terdiri dari 20 orang dengan latar belakang yang berbeda. Kemungkinan pengajar hanya memberikan satu materi pelajaran, namun akan mendapat feed back dari 20 orang. Pada saat istirahat, pengajar dapat terlibat diskusi yang hangat dengan peserta, bahkan dengan peserta yang paling pendiam. Dari pengalaman mengajar, pertanyaan sering datang hanya dari beberapa partisipan saja, namun begitu istirahat, yang belum bertanya akan mengerumuni pengajar. Jika waktu kurang, pembahasan bisa terjadi diluar kelas, kemungkinan di lobi gedung pendidikan/hotel, dan disinilah kita banyak memperoleh masukan yang sangat berharga.


Sumber: blog edratna