Tuesday, February 12, 2008

Menulis Slogan dan Poster

Setiap berjalan di sepanjang jalan raya, kamu pernah melihat dan tentu akan menemukan banyak tulisan, bahkan disertai gambar di pinggir jalan. Apalagi menjelang peringatan hari-hari besar, kalimat-kalimat yang bersifat ajakan dan imbauan muncul di mana-mana. Ada tulisan yang terdapat pada kain yang dibentangkan (spanduk) dan ada pula yang ditulis pada tripleks/seng besar (baliho).Apa yang kamu saksikan termasuk slogan, poster, dan iklan. Slogan biasanya berupa semboyan dengan kata-kata menarik untuk menjelaskan tujuan suatu organisasi tertentu, sedangkan poster adalah suatu kalimat menarik dan biasanya disertai gambar untuk menyampaikan informasi tertentu atau imbauan tertentu. Selain kedua hal tersebut, ada satu lagi yang bentuknya relatif sama, yakni iklan. Namun, iklan memiliki kecenderungan lebih bersifat komersial.Dalam pembelajaran ini, kamu akan berlatih lebih mendalam untuk membuat slogan dan poster dengan (1) menentukan tujuan penulisan slogan dan poster, (2) mendaftar butir-butir yang akan dituliskan menjadi slogan dan poster, (3) menulis slogan dan poster dengan pilihan kata dan kalimat yang persuasif, dan (4) membuat slogan dan poster yang sesungguhnya.1. Menentukan Tujuan Penulisan Slogan dan PosterTujuan penulisan slogan dan poster pada hakikatnya sama, yakni mengajak atau mengimbau masyarakat untuk melakukan sesuatu yang disebutkan dalam slogan dan poster tersebut.2. Mendaftar Butir-butir yang akan Dituliskan dalam PosterMembuat poster, apalagi poster kegiatan, hendaknya memperhitungkan butir-butir yang akan ditulis. Mengingat, selain bersifat mengajak, poster juga berfungsi sebagai penyampai informasi. Oleh karena itu, setelah membaca poster tersebut para pembaca memiliki kejelasan akan maksud dan hal-hal yang berhubungan dengan isi poster itu.3. Menulis Slogan dan Poster dengan Pilihan Kata dan Kalimat yang PersuasifSesuai dengan tujuan slogan dan poster, yaitu mengajak dan mengimbau masyarakat atau khalayak ramai, penulisan slogan dan poster pun hendaknya menggunakan bahasa yang menarik dan persuasif. Agar bahasa slogan dan poster menarik dan persuasif, ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut.a. Menggunakan majas hiperbolaTakkan mundur barang setapak demi keamanan dan keutuhan NKRI.b. Menggunakan majas personifikasiKesadaran masyarakat bangkit keamanan terjamin.c. Menggunakan majas metaforaJaminan keamanan merupakan jembatan masuknya investor asing.d. Menggunakan rima/ persamaan bunyiIngin aman dari maling, gerakkan siskamling!


Contoh slogan:
Sekali merdeka, tetap merdeka
Sekali di udara, tetap di udara
TVRI menjalin persatuan dan kesatuan

Contoh poster:

Menulis Slogan dan Poster

Setiap berjalan di sepanjang jalan raya, kamu pernah melihat dan tentu akan menemukan banyak tulisan, bahkan disertai gambar di pinggir jalan. Apalagi menjelang peringatan hari-hari besar, kalimat-kalimat yang bersifat ajakan dan imbauan muncul di mana-mana. Ada tulisan yang terdapat pada kain yang dibentangkan (spanduk) dan ada pula yang ditulis pada tripleks/seng besar (baliho).Apa yang kamu saksikan termasuk slogan, poster, dan iklan. Slogan biasanya berupa semboyan dengan kata-kata menarik untuk menjelaskan tujuansuatu organisasi tertentu, sedangkan poster adalah suatu kalimat menarik dan biasanya disertai gambar untuk menyampaikan informasi tertentu atau imbauan tertentu. Selain kedua hal tersebut, ada satu lagi yang bentuknya relatif sama, yakni iklan. Namun, iklan memiliki kecenderungan lebih bersifat komersial.Dalam pembelajaran ini, kamu akan berlatih lebih mendalam untuk membuat slogan dan poster dengan (1) menentukan tujuan penulisan slogan dan poster, (2) mendaftar butir-butir yang akan dituliskan menjadi slogan dan poster, (3) menulis slogan dan poster dengan pilihan kata dan kalimat yang persuasif, dan (4) membuat slogan dan poster yang sesungguhnya.1. Menentukan Tujuan Penulisan Slogan dan PosterTujuan penulisan slogan dan poster pada hakikatnya sama, yakni mengajak atau mengimbau masyarakat untuk melakukan sesuatu yang disebutkan dalam slogan dan poster tersebut.2. Mendaftar Butir-butir yang akan Dituliskan dalam PosterMembuat poster, apalagi poster kegiatan, hendaknya memperhitungkan butir-butir yang akan ditulis. Mengingat, selain bersifat mengajak, poster juga berfungsi sebagai penyampai informasi. Oleh karena itu, setelah membaca poster tersebut para pembaca memiliki kejelasan akan maksud dan hal-hal yang berhubungan dengan isi poster itu.3. Menulis Slogan dan Poster dengan Pilihan Kata dan Kalimat yang PersuasifSesuai dengan tujuan slogan dan poster, yaitu mengajak dan mengimbau masyarakat atau khalayak ramai, penulisan slogan dan poster pun hendaknya menggunakan bahasa yang menarik dan persuasif. Agar bahasa slogan dan poster menarik dan persuasif, ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut.a. Menggunakan majas hiperbolaTakkan mundur barang setapak demi keamanan dan keutuhan NKRI.b. Menggunakan majas personifikasiKesadaran masyarakat bangkit keamanan terjamin.c. Menggunakan majas metaforaJaminan keamanan merupakan jembatan masuknya investor asing.d. Menggunakan rima/ persamaan bunyiIngin aman dari maling, gerakkan siskamling!

Menentukan Alur Cerpen yang Dibaca

Cerpen termasuk cerita narasi. Salah satu unsur intrinsik terpenting dalam cerita narasi ialah alur. Tanpa ada alur berarti tidak ada cerita. Oleh karena itu, mempelajari cerpen tentu tidak terlepas dari pembicaraan alur.Dalam pembelajaran ini kamu akan berlatih (1) menentukan jenis alur cerpen yang dibaca, (2) menentukan bagian-bagian alur cerpen yang dibaca, dan (3) mencari cerpen di berbagai media yang memiliki alur yang berbeda.1. Menentukan Jenis Alur Cerpen yang DibacaAlur (plot) adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga terjalin suatu cerita yang menghadirkan atau melibatkan para tokoh dalam suatu cerita. Alur memiliki tahapan-tahapan, yakni (1) perkenalan, (2) konflik, (3) perumitan, (4) klimaks, (5) antiklimaks (penyingkapan tabir penyebab masalah), dan (6) penyelesaian. Tahapan-tahapan dalam cerita tidak selalu diawali dengan perkenalan. Suatu cerita dapat diawali oleh penyelesaian atau konflik. Karena tahapannya berbeda, dijumpai jenis alur yang berbeda pada beberapa cerita.a. Alur lurus adalah alur yang diawali dengan perkenalan, konflik, perumitan, klimaks, antiklimaks (penyingkapan tabir penyebab problema), dan penyelesaian.b. Alur sorot balik adalah alur yang diawali dengan penyelesaian. Jadi, cerita yang menggunakan alur ini hanya menceritakan masa lampau.c. Alur campuran adalah alur yang diawali klimaks, kemudian melihat lagi masa lampau dan dilanjutkan sampai pada penyelesaian. Oleh karena itu, cerita yang menggunakan alur ini ada bagian yang menceritakan masa lalu dan masa mendatang.

Menentukan Alur Cerpen yang Dibaca

Cerpen termasuk cerita narasi. Salah satu unsur intrinsik terpenting dalam cerita narasi ialah alur. Tanpa ada alur berarti tidak ada cerita. Oleh karena itu, mempelajari cerpen tentu tidak terlepas dari pembicaraan alur.Dalam pembelajaran ini kamu akan berlatih (1) menentukan jenis alur cerpen yang dibaca, (2) menentukan bagian-bagian alur cerpen yang dibaca, dan (3) mencari cerpen di berbagai media yang memiliki alur yang berbeda.1. Menentukan Jenis Alur Cerpen yang DibacaAlur (plot) adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga terjalin suatu cerita yang menghadirkan atau melibatkan para tokoh dalam suatu cerita. Alur memiliki tahapan-tahapan, yakni (1) perkenalan, (2) konflik, (3) perumitan, (4) klimaks, (5) antiklimaks (penyingkapan tabir penyebab masalah), dan (6) penyelesaian. Tahapan-tahapan dalam cerita tidak selalu diawali dengan perkenalan. Suatu cerita dapat diawali oleh penyelesaian atau konflik. Karena tahapannya berbeda, dijumpai jenis alur yang berbeda pada beberapa cerita.a. Alur lurus adalah alur yang diawali dengan perkenalan, konflik, perumitan, klimaks, antiklimaks (penyingkapan tabir penyebab problema), dan penyelesaian.b. Alur sorot balik adalah alur yang diawali dengan penyelesaian. Jadi, cerita yang menggunakan alur ini hanya menceritakan masa lampau.c. Alur campuran adalah alur yang diawali klimaks, kemudian melihat lagi masa lampau dan dilanjutkan sampai pada penyelesaian. Oleh karena itu, cerita yang menggunakan alur ini ada bagian yang menceritakan masa lalu dan masa mendatang.

Monday, February 11, 2008

Penggunaan Kata “kan” dalam Kalimat

Kalau kita memperhatikan kalimat yang diucapkan seseorang, kadang-kadang kita menemukan penggunaan kata yang tidak tepat. Anda perhatikanlah tanya jawab antara pemirsa dengan narasumber atau dengan pembawa acara pada salah satu televisi. Pada kesempatan itu sering kita dengar seseorang memulai percakapannya dengan memperkenaikan diri,1. “Saya kan ibu rumah tangga, ...”2. “Saya kan pegawai swasta, ...”Anda perhatikanlah bagian kalimat “Saya kan ...“ itu. Apa artinya dan apa fungsi kata “kan” itu? Dalam percakapan tatap muka pun kita sering mendengar kata “kan” seperti diucapkan orang.Seorang mahasiswa berkata kepada dosennya,3. ”Pak, rumah saya kan jauh.”“Saya tidak tahu di mana rumab Saudara,”jawab dosennya.“Ya, jauh,” kata mahasiswa itu lagi.“Lalu?”“Ya, harap Bapak maklum kalau saya sering datang terlambat.”Atau ada orang yang memulai pembicaraannya sebagai berikut:4. “Bapak saya kan sudah pensiun.”5. “Anak saya kan bekerja di Jakarta.”6. “Rumah itu kan kepunyaan Pak Sastra.”Apa tanggapan Anda kalau ada orang yang berkata kepada Anda dengan kalimat yang menggunakan kata “kan” itu?Kata “kan” menunjukkan bahwa si pendengar dan lawan bicara sudah tahu sebelumnya mengenai isi kalimat itu. Artinya, kita atau pendengar sudah tahu bahwa ...1. dia seorang ibu rumah tangga, 2. dia seorang pegawai swasta, 3. rumah mahasiswa itu jauh, 4. bapaknya sudah pensiun, 5. anaknya bekerja di Jakarta, 6. rumah itu kepunyaan Pak Sastra.Dari mana kita tahu akan hal itu? Bahwa dia seorang ibu rumah tangga, atau bahwa rumahnya jauh dan sebagainya baru kita dengar dan baru kita ketahui ketika itu, ketika dia mengucapkan kalimat tersebut. Sebelumnya kita tidak tahu sama sekali. Jadi, kalimat seperti itu tidak patut disampaikan kepada orang lain. Kesalahannya adalah penggunaan kata “kan” dalam kalimat-kalimat itu.Kata “kan” adalah kata yang dipergunakan untuk mengukuhkan pernyataan atau perbuatan. Artinya, sebelum kalimat itu diucapkan, pendengar atau lawan bicara sudah tahu akan isi pernyataan itu. Lawan bicara sudah tahu bahwa rumah itu kepunyaan Pak Sastra. Pada satu ketika orang berkata “Rumah itu kan kepunyaan Pak Sastra.” Mengapa sekarang didiami orang lain? Sudah dijualkah atau hanya dikontrakkan?’ Nah, barulah kalimat itu betul dan penggunaan kata “kan” tepat.Kata “kan” itu sering digunakan untuk mengganti kata bukan atau bukankah. Kata bukan adalah kata tanya untuk mengukuhkan isi atau maksud sesuatu pernyataan, dan diletakkan sesudah pernyataan itu.“Rumah itu kepunyaan Pak Sastra, bukan?’Kata bukankah adalah kata tanya untuk mengukuhkan kebenaran dan diletakkan pada awal kalimat.“Bukankah rumah itu kepunyaan Pak Sastra?”Oleh sebab itu, hindarkanlah kebiasaan menggunakan kata “kan” pada awal kalimat. Kalau hanya sekadar mau memberitahukan sebagai memperkenalkan diri, pembicara hendaklah berkata sebagai berikut,1a. Saya seorang ibu rumah tangga.2a. Saya seorang pegawai swasta.3a. Rumah saya jauh.4a. Bapak saya sudah pensiun.5a. Anak saya bekerja di Jakarta.6a. Rumah itu kepunyaan Pak Sastra.

Penggunaan Kata “kan” dalam Kalimat

Kalau kita memperhatikan kalimat yang diucapkan seseorang, kadang-kadang kita menemukan penggunaan kata yang tidak tepat. Anda perhatikanlah tanya jawab antara pemirsa dengan narasumber atau dengan pembawa acara pada salah satu televisi. Pada kesempatan itu sering kita dengar seseorang memulai percakapannya dengan memperkenaikan diri,1. “Saya kan ibu rumah tangga, ...”2. “Saya kan pegawai swasta, ...”Anda perhatikanlah bagian kalimat “Saya kan ...“ itu. Apa artinya dan apa fungsi kata “kan” itu? Dalam percakapan tatap muka pun kita sering mendengar kata “kan” seperti diucapkan orang.Seorang mahasiswa berkata kepada dosennya,3. ”Pak, rumah saya kan jauh.”“Saya tidak tahu di mana rumab Saudara,”jawab dosennya.“Ya, jauh,” kata mahasiswa itu lagi.“Lalu?”“Ya, harap Bapak maklum kalau saya sering datang terlambat.”Atau ada orang yang memulai pembicaraannya sebagai berikut:4. “Bapak saya kan sudah pensiun.”5. “Anak saya kan bekerja di Jakarta.”6. “Rumah itu kan kepunyaan Pak Sastra.”Apa tanggapan Anda kalau ada orang yang berkata kepada Anda dengan kalimat yang menggunakan kata “kan” itu?Kata “kan” menunjukkan bahwa si pendengar dan lawan bicara sudah tahu sebelumnya mengenai isi kalimat itu. Artinya, kita atau pendengar sudah tahu bahwa ...1. dia seorang ibu rumah tangga, 2. dia seorang pegawai swasta, 3. rumah mahasiswa itu jauh, 4. bapaknya sudah pensiun, 5. anaknya bekerja di Jakarta, 6. rumah itu kepunyaan Pak Sastra.Dari mana kita tahu akan hal itu? Bahwa dia seorang ibu rumah tangga, atau bahwa rumahnya jauh dan sebagainya baru kita dengar dan baru kita ketahui ketika itu, ketika dia mengucapkan kalimat tersebut. Sebelumnya kita tidak tahu sama sekali. Jadi, kalimat seperti itu tidak patut disampaikan kepada orang lain. Kesalahannya adalah penggunaan kata “kan” dalam kalimat-kalimat itu.Kata “kan” adalah kata yang dipergunakan untuk mengukuhkan pernyataan atau perbuatan. Artinya, sebelum kalimat itu diucapkan, pendengar atau lawan bicara sudah tahu akan isi pernyataan itu. Lawan bicara sudah tahu bahwa rumah itu kepunyaan Pak Sastra. Pada satu ketika orang berkata “Rumah itu kan kepunyaan Pak Sastra.” Mengapa sekarang didiami orang lain? Sudah dijualkah atau hanya dikontrakkan?’ Nah, barulah kalimat itu betul dan penggunaan kata “kan” tepat.Kata “kan” itu sering digunakan untuk mengganti kata bukan atau bukankah. Kata bukan adalah kata tanya untuk mengukuhkan isi atau maksud sesuatu pernyataan, dan diletakkan sesudah pernyataan itu.“Rumah itu kepunyaan Pak Sastra, bukan?’Kata bukankah adalah kata tanya untuk mengukuhkan kebenaran dan diletakkan pada awal kalimat.“Bukankah rumah itu kepunyaan Pak Sastra?”Oleh sebab itu, hindarkanlah kebiasaan menggunakan kata “kan” pada awal kalimat. Kalau hanya sekadar mau memberitahukan sebagai memperkenalkan diri, pembicara hendaklah berkata sebagai berikut,1a. Saya seorang ibu rumah tangga.2a. Saya seorang pegawai swasta.3a. Rumah saya jauh.4a. Bapak saya sudah pensiun.5a. Anak saya bekerja di Jakarta.6a. Rumah itu kepunyaan Pak Sastra.

Sunday, February 10, 2008

Belajar Membuat Resensi Buku

  1. 1. Pengertian dan Tujuan Resensi adalah tulisan timbangan suatu hasil karya atau wawasan tentang baik dan kurang baiknya kualitas suatu tulisan yang terdapat dalam suatu karya. Resensi dapat pula diartikan sebagai suatu tulisan yang memberikan penilaian terhadap suatu karya baik fiksi maupun nonfiksi dengan cara mengungkapkansegi keunggulan dan kelemahannya secara objektif.Tujuan penulisan resensi adalah:
  2. a. Menimbang agar suatu hasil karya memperoleh perhatian dari orang-orang yang belum mengetahui atau membutuhkannya.
  3. b. Memberikan penilaian dan penghargaan terhadap isi suatu hasil karya sehingga penilaian itu diketahui khalayak.c. Melihat kesesuaian latar belakang pendidikan/penguasaan ilmu pengarang dan kesesuaian karakteristik tokoh, penokohan, atau setting dengan bahan yang disajikannya.d. Mengungkapkan kelemahan suatu tuisan dan sistem penulisan atau alur suatu hasil karya.e. Memberikan pujian atau kritikan yang konstruktif terhadap bobot ilmiah atau nilai sastra karya tulis seseorang.
  4. Cara Membuat ResensiPada saat kita akan membuat resensi nalar kita harus siap bahwa bahan-bahan yang akan diresensi betul-belul diketahui dan dikuasai. Dengan demikian hasil resensi kita bukan hanya mengungkapkan segalasesuatu yang terdapat dalam karya tersebut, melainkan mencakup pula uraian perbandingan dengan karya-karya lain yang sejenis. Hal-hal yang harus mendapat perhatian dari seorang resentator untuk membuat resensi:a. Resentator harus bersikap objektif terhadap sesuatu yang akan diresensi dan meninggalkan sepenuhnya sikap subjektif.b. Resensator mempunyai wawasan yang cukup luas terhadap bahan yang akan diresensi.c. Resensaor harus mencoba membandingkan dengan sajian bentuk lain yang memiliki kesesuaian dengan bahan yang akan diresensi.d. Resensator harus mencoba memberikan komentar dengan acuan yang jelas dan terarah pada bagian yang diberi komentar agar tidak menimbulkan kesalahtafsiran antara resensator dengan penulis.e. Resensator harus mengungkapkan data yang diresensi secara jelas dan lengkap agar dapat dengan mudah dihibung-hubungkan di antarra keduanya oleh pembaca.f. Resensaor harus menghindari interpretasi yang keliru terhadap bahan yang resensi dengan jalanmengetahul tujuan dan arah penulis karya tersebut.Bentuk resensi yang paling populer adalah resensi buku atau timbangan buku. Untuk meresensi buku pertama-tama kita harus membaca buku itu sampai selesai dan memahaminya. Setelah membaca buku tersebut kita akan dapat mengetahui bagaimana penulis buku mengungkapkan gagasannya sesuai dengan tujuan yang digariskannya.Bagian yang harus ada dalam karangan resensi adalah identitas buku, jenis buku, kutipan singkat/ikhtisar buku, penilaian resensator terhadap kualitas buku, dan ajakan kepada khalayak untuk mengetahui isi buku secara keseluruhan dengan jalan membaca atau memiliki buku tersebut.a. Identitas bukuIdentitas buku meliputi: foto copy jilid luar buku atau foto buku tersebut, judul buku, pengarang, penerbit,tahun terbit, kota terbit, ukuran buku, jumlah halaman, dan harga buku.b. Jenis BukuPada bagian jenis buku, resensator mengelompokkan jenis buku tersebut berdasarkan ciri-ciri yangterdapat di dalam buku itu. Misalnya kita mengenal jenis fiksi, nonfiksi, ilmiah, nonilmiah (hiburan), buku remaja, anak-anak, dewasa, keagamaan, psikologi, dan sebagainya.c. Kutipan Singkat atau Ikhtisar BukuBagian yang mengungkapkan kutipan singkat atau ikhtisar buku tersebut adalah bagian yang menjadi idesentral buku itu. Hal itu akan diketahui jika resensator memahami seluruh isi buku itu danmenghubungkannya dengan isi buku yang diresensi. Gambaran umum tentang isi buku pun dapat digunakanuntuk mengisi bagian buku lain, tentama gambaran yang dapat “ditangkap” oleh resensator tetapi bukanmenginterpretasi.d. Penilaian Kualitas BukuPenilaian terhadap kualitas suatu buku tentu saja bertolak dari pengungkapan beberapa bagian yang dapatdiunggulkan dari isi buku tersebut dan bagian yang melemahkan kualitas buku tersebut dengansikap/wawasan yang sangat luas dan sikap objeklivitas tinggi. Pada bagian ini dapat pula dimasukkan kritikterhadap isi buku.e. AjakanAjakan dalam resensi adalah ajakan kepada pembaca yang belum memiliki atau membaca buku tersebut.Ajakan yang dimaksud bertolak dari ungkapan kualitas suatu buku yang diharapkan dapat dibaca dandipahami bagi khalayak yang belum mengetahuinya.f. JudulResensiJudul yang digunakan untuk karangan resensi merupakan gambaran kesimpulan isi buku itu secarakeseluruhan atau ciri khas dari buku yang resensi agar tampak lebih menonjolkan eksitensi isi bukutersebut. Cara lain dalam memberikan judul resensi adalah menggambarkan suatu hal yang “kecil” tetapimempunyai citra tersendiri dari buku itu dengan argumentasi yang kuat dari resensator tentang hal yangkecil itu. Dapat dikatakan judul tulisan resensi adalah “nama” atau “julukan” yang diberikan oleh seorangresensator terhadap buku yang diresensinya.

Belajar Membuat Resensi Buku

  1. 1. Pengertian dan Tujuan Resensi adalah tulisan timbangan suatu hasil karya atau wawasan tentang baik dan kurang baiknya kualitas suatu tulisan yang terdapat dalam suatu karya. Resensi dapat pula diartikan sebagai suatu tulisan yang memberikan penilaian terhadap suatu karya baik fiksi maupun nonfiksi dengan cara mengungkapkansegi keunggulan dan kelemahannya secara objektif.Tujuan penulisan resensi adalah:
  2. a. Menimbang agar suatu hasil karya memperoleh perhatian dari orang-orang yang belum mengetahui atau membutuhkannya.
  3. b. Memberikan penilaian dan penghargaan terhadap isi suatu hasil karya sehingga penilaian itu diketahui khalayak.c. Melihat kesesuaian latar belakang pendidikan/penguasaan ilmu pengarang dan kesesuaian karakteristik tokoh, penokohan, atau setting dengan bahan yang disajikannya.d. Mengungkapkan kelemahan suatu tuisan dan sistem penulisan atau alur suatu hasil karya.e. Memberikan pujian atau kritikan yang konstruktif terhadap bobot ilmiah atau nilai sastra karya tulis seseorang.
  4. Cara Membuat ResensiPada saat kita akan membuat resensi nalar kita harus siap bahwa bahan-bahan yang akan diresensi betul-belul diketahui dan dikuasai. Dengan demikian hasil resensi kita bukan hanya mengungkapkan segalasesuatu yang terdapat dalam karya tersebut, melainkan mencakup pula uraian perbandingan dengan karya-karya lain yang sejenis. Hal-hal yang harus mendapat perhatian dari seorang resentator untuk membuat resensi:a. Resentator harus bersikap objektif terhadap sesuatu yang akan diresensi dan meninggalkan sepenuhnya sikap subjektif.b. Resensator mempunyai wawasan yang cukup luas terhadap bahan yang akan diresensi.c. Resensaor harus mencoba membandingkan dengan sajian bentuk lain yang memiliki kesesuaian dengan bahan yang akan diresensi.d. Resensator harus mencoba memberikan komentar dengan acuan yang jelas dan terarah pada bagian yang diberi komentar agar tidak menimbulkan kesalahtafsiran antara resensator dengan penulis.e. Resensator harus mengungkapkan data yang diresensi secara jelas dan lengkap agar dapat dengan mudah dihibung-hubungkan di antarra keduanya oleh pembaca.f. Resensaor harus menghindari interpretasi yang keliru terhadap bahan yang resensi dengan jalanmengetahul tujuan dan arah penulis karya tersebut.Bentuk resensi yang paling populer adalah resensi buku atau timbangan buku. Untuk meresensi buku pertama-tama kita harus membaca buku itu sampai selesai dan memahaminya. Setelah membaca buku tersebut kita akan dapat mengetahui bagaimana penulis buku mengungkapkan gagasannya sesuai dengan tujuan yang digariskannya.Bagian yang harus ada dalam karangan resensi adalah identitas buku, jenis buku, kutipan singkat/ikhtisar buku, penilaian resensator terhadap kualitas buku, dan ajakan kepada khalayak untuk mengetahui isi buku secara keseluruhan dengan jalan membaca atau memiliki buku tersebut.a. Identitas bukuIdentitas buku meliputi: foto copy jilid luar buku atau foto buku tersebut, judul buku, pengarang, penerbit,tahun terbit, kota terbit, ukuran buku, jumlah halaman, dan harga buku.b. Jenis BukuPada bagian jenis buku, resensator mengelompokkan jenis buku tersebut berdasarkan ciri-ciri yangterdapat di dalam buku itu. Misalnya kita mengenal jenis fiksi, nonfiksi, ilmiah, nonilmiah (hiburan), buku remaja, anak-anak, dewasa, keagamaan, psikologi, dan sebagainya.c. Kutipan Singkat atau Ikhtisar BukuBagian yang mengungkapkan kutipan singkat atau ikhtisar buku tersebut adalah bagian yang menjadi idesentral buku itu. Hal itu akan diketahui jika resensator memahami seluruh isi buku itu danmenghubungkannya dengan isi buku yang diresensi. Gambaran umum tentang isi buku pun dapat digunakanuntuk mengisi bagian buku lain, tentama gambaran yang dapat “ditangkap” oleh resensator tetapi bukanmenginterpretasi.d. Penilaian Kualitas BukuPenilaian terhadap kualitas suatu buku tentu saja bertolak dari pengungkapan beberapa bagian yang dapatdiunggulkan dari isi buku tersebut dan bagian yang melemahkan kualitas buku tersebut dengansikap/wawasan yang sangat luas dan sikap objeklivitas tinggi. Pada bagian ini dapat pula dimasukkan kritikterhadap isi buku.e. AjakanAjakan dalam resensi adalah ajakan kepada pembaca yang belum memiliki atau membaca buku tersebut.Ajakan yang dimaksud bertolak dari ungkapan kualitas suatu buku yang diharapkan dapat dibaca dandipahami bagi khalayak yang belum mengetahuinya.f. JudulResensiJudul yang digunakan untuk karangan resensi merupakan gambaran kesimpulan isi buku itu secarakeseluruhan atau ciri khas dari buku yang resensi agar tampak lebih menonjolkan eksitensi isi bukutersebut. Cara lain dalam memberikan judul resensi adalah menggambarkan suatu hal yang “kecil” tetapimempunyai citra tersendiri dari buku itu dengan argumentasi yang kuat dari resensator tentang hal yangkecil itu. Dapat dikatakan judul tulisan resensi adalah “nama” atau “julukan” yang diberikan oleh seorangresensator terhadap buku yang diresensinya.

Tuesday, February 5, 2008

Sistem Belajar MURDER

Ada salah satu tip dalam mengembangkan sistem belajar yang efektif dan efisien. Sistem belajar ini dikenal dengan "M U R D E R." , yaitu kependekan dari: Mood, Understand, Recall, Digest , Expand dan Review.
Mood - Suasana Hati:Ciptakan selalu mood yang positif untuk belajar. Ini bisa dilakukan dengan menentukan waktu, lingkungan dan sikap belajar yang sesuai dengan pribadi anda.
Understand - Pemahaman:Tandai informasi bahan pelajaran yang TIDAK anda mengerti dalam satu unit. Fokuskan pada unit tersebut atau melakukan beberapa kelompok latihan untuk unit itu.
Recall - Ulang:Setelah belajar satu unit, berhentilah dan ulang bahan dari unit tersebut dengan kata-kata yang anda buat SENDIRI.
Digest - Telaah:Kembalilah pada unit yang tidak anda mengerti dan PELAJARI KEMBALI keterangan yang ada. Lihatlah informasi yang terkait pada artikel, buku teks atau sumber lainnya, atau diskusikan dengan teman atau guru/dosen.
Expand - Kembangkan:Pada langkah ini, tanyakan tiga persoalan berikut terhadap materi yang telah anda pelajari:
Andaikan saya bertemu dengan penulis materi tersebut, pertanyaan atau kritik apa yang hendak saya ajukan?
Bagaimana saya bisa mengaplikasikan materi tersebut ke dalam hal yang saya sukai?
Bagaimana saya bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa/mahasiswa lainnya?
Review - Pelajari Kembali:Pelajari kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari. Ingatlah strategi yang telah membantu anda mengerti dan/atau mengingat informasi. Jadi, terapkan strategi tersebut untuk cara belajar berikutnya.

Sumber: http://www.studygs.net

Siapa peduli minat baca siswa?

Minat baca siswa di zaman sekarang sangatlah kurang. Hal ini terlihat dari pengunjung perpustakaan sekolah di sekolah-sekolah grafiknya tidak begitu mengembirakan. Hanya pada bulan-bulan tertentu tertentu saja yang grafiknya naik, itu pun kenaikannya sangat sedikit. Biasanya bulan pada awal masuk sekolah dan menjelang pekan ulangan saja yang bertambah. Bukti lain, jika siswa kita diberi pertanyaan “Kegiatan apa yang kamu lakukan di rumah selama libur/pulang sekolah?” “Mana yang kamu pilih, membaca atau mendengangarkan orang membaca?” Untuk pertanyaan pertama pasti sebagian besar jawabannya tidak ada yang mencoba membuka buku atau membacanya. Kebiasaan mereka tergeser oleh asyiknya menonton televisi, dengar musik, main game, atau hanya nongkrong bersama teman. Untuk pertanyaan kedua hampir seluruhnya akan menjawab mendengarkan orang membaca. Sungguh memprihatinkan.Jika kebiasaan ini kita biarkan, tidak menutup kemungkinan minat baca pada siswa atau lebih jauhnya pada masyarakat kita (mengingat siswa adalah generasi kita) lambat laun akan sangat berkurang bahkan hilang sama sekali.Mengapa mereka berperilaku begitu?
Kita tidak boleh meyalahkan zaman/globalisasi atau siapa-siapa.


Siapa yang harus berperan dalam menumbuhkembangkan kembali minat baca siswa?
Bingung juga jawabannya. Selama ini sebagian orang tua telah hampir 100% menyerahkan anaknya ke sekolah. Buktinya? Tidak sedikit orang tua yang selalu menyalahkan bahkan memaki-maki dengan sumpah serapah yang sangat beragam ke sekolah. Padahal jika di hitung-hitung keberadaan siswa di sekolah jauh lebih sedikit dibanding dengan di lingkungan keluarga. Memang tidak kita pungkiri masih ada sebagian orang tua yang peduli terhadap masalah ini. Sering penulis mendengar dari siswa atau bertemu dengan orang tua yang selalu membelikan buku bacaan bagi anaknya walaupun berupa komik. Tapi tak apalah yang penting dapat menyentuh titik awal kemauan untuk membaca.Sudah saatnya orang tua selalu bergandengan tangan dengan sekolah, sebab sebetulnya dalam diri anak-anak kita itu masih ada rasa atau keinginan untuk memperbaikinya.

Dalam suatu kesempatan penulis mencoba memberi tugas untuk membuat resensi novel remaja. Tugas tersebut memang dikerjakan berkelompok (enam orang) dan tenggang waktu yang diberikan hanya satu minggu. Berarti dalam satu minggu novel tersebut harus dibaca oleh semua anggota kelompok secara bergiliran. Ternyata setiap anggota kelompok mau melalap novel tersebut dalam satu hari. Hasil resensinya? Tidak mengecewakan jika dibanding dengan resensator yang sering muncul di koran-koran.


Mulai sekarang marilah kita pikirkan bagaimana kita mencari atau menciptakan trik-trik jitu yang dapat menumbuhkembangkan budaya membaca di kalangan siswa.

Sistem Belajar MURDER

Ada salah satu tip dalam mengembangkan sistem belajar yang efektif dan efisien. Sistem belajar ini dikenal dengan "M U R D E R." , yaitu kependekan dari: Mood, Understand, Recall, Digest , Expand dan Review.
Mood - Suasana Hati:Ciptakan selalu mood yang positif untuk belajar. Ini bisa dilakukan dengan menentukan waktu, lingkungan dan sikap belajar yang sesuai dengan pribadi anda.
Understand - Pemahaman:Tandai informasi bahan pelajaran yang TIDAK anda mengerti dalam satu unit. Fokuskan pada unit tersebut atau melakukan beberapa kelompok latihan untuk unit itu.
Recall - Ulang:Setelah belajar satu unit, berhentilah dan ulang bahan dari unit tersebut dengan kata-kata yang anda buat SENDIRI.
Digest - Telaah:Kembalilah pada unit yang tidak anda mengerti dan PELAJARI KEMBALI keterangan yang ada. Lihatlah informasi yang terkait pada artikel, buku teks atau sumber lainnya, atau diskusikan dengan teman atau guru/dosen.
Expand - Kembangkan:Pada langkah ini, tanyakan tiga persoalan berikut terhadap materi yang telah anda pelajari:
Andaikan saya bertemu dengan penulis materi tersebut, pertanyaan atau kritik apa yang hendak saya ajukan?
Bagaimana saya bisa mengaplikasikan materi tersebut ke dalam hal yang saya sukai?
Bagaimana saya bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa/mahasiswa lainnya?
Review - Pelajari Kembali:Pelajari kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari. Ingatlah strategi yang telah membantu anda mengerti dan/atau mengingat informasi. Jadi, terapkan strategi tersebut untuk cara belajar berikutnya.

Sumber: http://www.studygs.net

Siapa peduli minat baca siswa?

Minat baca siswa di zaman sekarang sangatlah kurang. Hal ini terlihat dari pengunjung perpustakaan sekolah di sekolah-sekolah grafiknya tidak begitu mengembirakan. Hanya pada bulan-bulan tertentu tertentu saja yang grafiknya naik, itu pun kenaikannya sangat sedikit. Biasanya bulan pada awal masuk sekolah dan menjelang pekan ulangan saja yang bertambah. Bukti lain, jika siswa kita diberi pertanyaan “Kegiatan apa yang kamu lakukan di rumah selama libur/pulang sekolah?” “Mana yang kamu pilih, membaca atau mendengangarkan orang membaca?” Untuk pertanyaan pertama pasti sebagian besar jawabannya tidak ada yang mencoba membuka buku atau membacanya. Kebiasaan mereka tergeser oleh asyiknya menonton televisi, dengar musik, main game, atau hanya nongkrong bersama teman. Untuk pertanyaan kedua hampir seluruhnya akan menjawab mendengarkan orang membaca. Sungguh memprihatinkan.Jika kebiasaan ini kita biarkan, tidak menutup kemungkinan minat baca pada siswa atau lebih jauhnya pada masyarakat kita (mengingat siswa adalah generasi kita) lambat laun akan sangat berkurang bahkan hilang sama sekali.Mengapa mereka berperilaku begitu?
Kita tidak boleh meyalahkan zaman/globalisasi atau siapa-siapa.


Siapa yang harus berperan dalam menumbuhkembangkan kembali minat baca siswa?
Bingung juga jawabannya. Selama ini sebagian orang tua telah hampir 100% menyerahkan anaknya ke sekolah. Buktinya? Tidak sedikit orang tua yang selalu menyalahkan bahkan memaki-maki dengan sumpah serapah yang sangat beragam ke sekolah. Padahal jika di hitung-hitung keberadaan siswa di sekolah jauh lebih sedikit dibanding dengan di lingkungan keluarga. Memang tidak kita pungkiri masih ada sebagian orang tua yang peduli terhadap masalah ini. Sering penulis mendengar dari siswa atau bertemu dengan orang tua yang selalu membelikan buku bacaan bagi anaknya walaupun berupa komik. Tapi tak apalah yang penting dapat menyentuh titik awal kemauan untuk membaca.Sudah saatnya orang tua selalu bergandengan tangan dengan sekolah, sebab sebetulnya dalam diri anak-anak kita itu masih ada rasa atau keinginan untuk memperbaikinya.

Dalam suatu kesempatan penulis mencoba memberi tugas untuk membuat resensi novel remaja. Tugas tersebut memang dikerjakan berkelompok (enam orang) dan tenggang waktu yang diberikan hanya satu minggu. Berarti dalam satu minggu novel tersebut harus dibaca oleh semua anggota kelompok secara bergiliran. Ternyata setiap anggota kelompok mau melalap novel tersebut dalam satu hari. Hasil resensinya? Tidak mengecewakan jika dibanding dengan resensator yang sering muncul di koran-koran.


Mulai sekarang marilah kita pikirkan bagaimana kita mencari atau menciptakan trik-trik jitu yang dapat menumbuhkembangkan budaya membaca di kalangan siswa.

Menerapkan Aturan Kelas

Ada kalanya seorang guru perlu membuat aturan-aturan yang intinya mengajari siswa supaya dapat belajar disiplin. Masalah kadang kerap timbul apabila batasan-batasan tersebut diterapkan kepada siswa yang memiliki kepribadian berbeda dengan teman sebayanya. Berbeda disini maksudnya memiliki perilaku yang lebih sulit dibina dibanding anak-anak lainnya.
Berikut beberapa saran bagi para guru supaya aturan-aturan yang dibuat dapat diterapkan pada siswa dengan mengurangi timbulnya masalah.1. Buatlah aturan seminim mungkin Aturan yang hendak dibuat hendaknya jelas dan langsung. Sehingga siswa
langsung mengetahui mana batasan mereka. Jelaskan kepada mereka konsekuensi dari aturan tersebut, baik positif maupun negatif. Berikan hadiah, pujian atau simpati kepada mereka yang mematuhinya.
Sedang bagi yang tidak, berikan hukuman yang yang dapat memotivasi kedisiplinan mereka.2. Beri hadiah atau hukuman yang masuk akal.Terangkan dengan sejelas-jelasnya kewajiban apa yang harus siswa kerjakan. Berikan pengertian kepada siswa yang bermasalah secara efektif. Jelaskan bahwa mereka adalah pemegang kendali atas kemampuan dan prilakunya masing-masing. Di akhir tugas, jelaskan bahwa dengan mengerjakan tugas tepat pada waktunya, biarpun terpaksa, toh akhirnya mereka juga dapat melakukan aktifitas lainnya yang disukai. Jadi mengerjakan tugas bukan penghalang untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan lainnya.3. Banyaklah berkomunikasi dengan siswaSelalu komunikasikan dengan siswa secara baik-baik segala hal yang ingin diterapkan kepada mereka. Berikan penjelasan dari sudut pandang sebagai seorang guru dan terangkan perkembangan apa saja yang telah diraih oleh setiap siswa. Walaupun efeknya tidak langsung terlihat, namun apabila dibiasakan siswa akan merasa tergerak untuk melakukan kewajiban mereka.4. Bekerja sama dengan para siswa.Walaupun aturan sudah dibuat dan siswa harus melaksanakannya, bukan berarti mereka tidak dapat diajak kerja sama. Berikan kepada mereka secara rutin : jadwal pembelajaran, lembaran tugas harian, dan daftar aturan serta konsekuensinya. Bantuan ini dapat dijadikan referensi bagi siswa untuk melakukan kewajiban dengan baik.

5. Bersikap dan berpikir positif.Sekeras apapun disiplin yang dibuat, tidak berarti berupa pemaksaan atau kekerasan kepada murid. Berikan kepada siswa pilihan. Jadikan hal tersebut topik dari segala komunikasi dengan siswa. Pada siswa yang selalu terlambat mengerjakan tugas, misalnya, beri pilihan untuk berusaha lebih keras lagi atau akan kehilangan jatah waktu istirahatnya. Biasanya pendekatan ini akan membuat siswa menjadi termotivasi sendiri.
6. Pendekatan kepada siswa yang bermasalah.Apabila ingin memberikan pengertian kepada siswa yang sering lalai atau bermasalah, gunakan pendekatan yang tidak mencolok perhatian siswa lainnya. Apabila tidak dapat berbicara langsung pada ruangan tersendiri, alihkan perhatian siswa lainnya dengan memberikan pekerjaan ringan. Ajaklah berdiskusi, karena mungkin faktor kelalaian mereka bisa berupa stress atau tekanan akademis yang terlalu berat. Bisa juga karena mereka memiliki energi yang berlebih sehingga susah untuk berkonsentrasi cukup lama pada satu mata pelajaran. Bantulah mereka untuk mengatasi masalah tersebut.

Menerapkan Aturan Kelas

Ada kalanya seorang guru perlu membuat aturan-aturan yang intinya mengajari siswa supaya dapat belajar disiplin. Masalah kadang kerap timbul apabila batasan-batasan tersebut diterapkan kepada siswa yang memiliki kepribadian berbeda dengan teman sebayanya. Berbeda disini maksudnya memiliki perilaku yang lebih sulit dibina dibanding anak-anak lainnya.
Berikut beberapa saran bagi para guru supaya aturan-aturan yang dibuat dapat diterapkan pada siswa dengan mengurangi timbulnya masalah.1. Buatlah aturan seminim mungkin Aturan yang hendak dibuat hendaknya jelas dan langsung. Sehingga siswa
langsung mengetahui mana batasan mereka. Jelaskan kepada mereka konsekuensi dari aturan tersebut, baik positif maupun negatif. Berikan hadiah, pujian atau simpati kepada mereka yang mematuhinya.
Sedang bagi yang tidak, berikan hukuman yang yang dapat memotivasi kedisiplinan mereka.2. Beri hadiah atau hukuman yang masuk akal.Terangkan dengan sejelas-jelasnya kewajiban apa yang harus siswa kerjakan. Berikan pengertian kepada siswa yang bermasalah secara efektif. Jelaskan bahwa mereka adalah pemegang kendali atas kemampuan dan prilakunya masing-masing. Di akhir tugas, jelaskan bahwa dengan mengerjakan tugas tepat pada waktunya, biarpun terpaksa, toh akhirnya mereka juga dapat melakukan aktifitas lainnya yang disukai. Jadi mengerjakan tugas bukan penghalang untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan lainnya.3. Banyaklah berkomunikasi dengan siswaSelalu komunikasikan dengan siswa secara baik-baik segala hal yang ingin diterapkan kepada mereka. Berikan penjelasan dari sudut pandang sebagai seorang guru dan terangkan perkembangan apa saja yang telah diraih oleh setiap siswa. Walaupun efeknya tidak langsung terlihat, namun apabila dibiasakan siswa akan merasa tergerak untuk melakukan kewajiban mereka.4. Bekerja sama dengan para siswa.Walaupun aturan sudah dibuat dan siswa harus melaksanakannya, bukan berarti mereka tidak dapat diajak kerja sama. Berikan kepada mereka secara rutin : jadwal pembelajaran, lembaran tugas harian, dan daftar aturan serta konsekuensinya. Bantuan ini dapat dijadikan referensi bagi siswa untuk melakukan kewajiban dengan baik.

5. Bersikap dan berpikir positif.Sekeras apapun disiplin yang dibuat, tidak berarti berupa pemaksaan atau kekerasan kepada murid. Berikan kepada siswa pilihan. Jadikan hal tersebut topik dari segala komunikasi dengan siswa. Pada siswa yang selalu terlambat mengerjakan tugas, misalnya, beri pilihan untuk berusaha lebih keras lagi atau akan kehilangan jatah waktu istirahatnya. Biasanya pendekatan ini akan membuat siswa menjadi termotivasi sendiri.
6. Pendekatan kepada siswa yang bermasalah.Apabila ingin memberikan pengertian kepada siswa yang sering lalai atau bermasalah, gunakan pendekatan yang tidak mencolok perhatian siswa lainnya. Apabila tidak dapat berbicara langsung pada ruangan tersendiri, alihkan perhatian siswa lainnya dengan memberikan pekerjaan ringan. Ajaklah berdiskusi, karena mungkin faktor kelalaian mereka bisa berupa stress atau tekanan akademis yang terlalu berat. Bisa juga karena mereka memiliki energi yang berlebih sehingga susah untuk berkonsentrasi cukup lama pada satu mata pelajaran. Bantulah mereka untuk mengatasi masalah tersebut.